Museum Keliling Kenalkan Sejarah Kebudayaan di Kudus

KUDUS, Lingkarjateng.id – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus gencar melakukan promosi sejarah kebudayaan yang ada di wilayah setempat. Bahkan, upaya promosi ini juga dilakukan dengan mengadakan kegiatan museum keliling. Museum keliling ini salah satu program yang dilakukan hampir setiap tahun.

Melalui museum keliling, Disbudpar Kudus melakukan jemput bola untuk mengenalkan Museum Kretek dan Museum Patiayam kepada masyarakat yang lebih luas. Pihaknya juga bekerja sama dengan beberapa pihak mulai dari sejarawan hingga budayawan.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Disbudpar Kabupaten Kudus, Mutrikah.

Kegiatan museum keliling ini dilakukan dengan cara memberikan sosialisasi dan pengenalan terhadap dua museum yang dikelola pemerintah daerah tersebut. Sosialisasi ini khususnya diberikan ke sekolah-sekolah yang tersebar di sembilan kecamatan.

Pemkab Kudus Jemput Bola Kenalkan Dua Museum ke Sekolah

Terkait dengan sekolah-sekolah yang menjadi sasaran museum keliling, pihaknya telah koordinasi dengan Disdikpora Kabupaten Kudus.

“Kita juga sudah koordinasi dengan Dinas Pendidikan Kudus,” tutur Mutrikah.

Dalam kegiatan ini, kata dia, Disbudpar Kabupaten Kudus juga melibatkan sejarawan, budayawan, seniman, dan pihak Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Kudus.

“Harapan kita juga ada bentuk kerja sama, supaya kegiatan outing class yang dilaksanakan oleh sekolah sekolah itu nanti mengunjungi museum,” ucapnya.

Jaga Warisan Leluhur, Pj Bupati Kudus Dukung Pelestarian Budaya Lokal

Lebih lanjut, Mutrikah menjelaskan bahwa kegiatan ini diadakan untuk menggelar pameran museum secara keliling ke sekolah-sekolah untuk memperkenalkan koleksi dari dua museum yang ada di Kudus.

Ia menyatakan, kegiatan tersebut bertujuan untuk menarik minat masyarakat agar berkunjung ke museum sebagai sarana menambah wawasan, pengetahuan, dan informasi baru.

“Melalui sejumlah narasumber dalam kegiatan museum keliling tersebut diharapkan dapat mendukung bagaimana mereka bisa bercerita dan melestarikan budaya lokal,” imbuhnya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus Syarifa – Koran Lingkar)