REMBANG, Lingkarjateng.id – Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Rembang saat ini sedang masif menekuni kerajinan berbahan limbah kulit. Bahkan sejumlah produk berbahan kulit hewan itu sudah banyak dilirik pasar luar daerah.
Produk unggulan yang dihasilkan, antara lain tas, clutch, dompet dari kulit reptil, dan aksesoris lainnya. Para perajin menggunakan teknik desain modern dalam membuat produk yang berbahan dasar kulit reptil, seperti buaya, ular, hingga kadal.
Seperti kerajinan kulit ikan pari yang dicetuskan oleh Ardiyansah warga Kabupaten Rembang. Hasil kerajinan dari kulit ikan pari meliputi tas kulit ikan pari, dompet, gelang, sepatu, serta ikat pinggang.
“Saat ini kulit ikan pari mulai dibutuhkan pasar, sehingga ada pengepul yang memang khusus menyediakan kulit ikan pari. Sedangkan daging ikannya juga dijual kembali. Ikan pari sendiri terdiri beberapa jenis. Mulai dari ikan pari batu halus, mondol, dan cingir,” ucap Ardiyansah di Rembang, Senin, 4 Maret 2024.
Perajin lainnya, UMKM Ula Leather yang memproduksi kerajinan tangan berbahan dasar kulit ular asal Rembang berhasil mengubah cara pandang masyarakat terhadap limbah kulit reptil dengan menciptakan produk kerajinan yang bernilai ekonomis tinggi dan berdaya saing unggul.
Berdiri sejak tahun 2015, Owner Ula Leather Ulaningsih menjelaskan, dirinya menggunakan limbah kulit reptil sebagai bahan utama dalam produksinya yang bekerja sama dengan para peternak dan lembaga konservasi setempat.
“Kami memastikan bahwa kulit reptil yang digunakan diperoleh secara legal dan berkelanjutan,” ujarnya.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM (Dindagkop UKM) M. Mahfudz melalui Sub Koordinator Promosi dan Pengembangan Ekspor Harny Mahersari membenarkan bahwa perajin kulit ikan pari dan kulit reptil di Rembang saat ini tengah naik daun.
“Kerajinan tersebut baru ada satu-satunya di Rembang, yakni terletak di Cabean Bulu, dan di Mondoteko Rembang Kota,” tuturnya.
Melihat potensi ekonomi yang menjanjikan, pihaknya menyatakan akan mendorong para perajin untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas sehingga bisa menembus pasar ekspor.
“Untuk potensi kerajinan di Rembang sebenarnya banyak, tetapi saat ini yang masih jadi perbincangan adalah kulit reptil dan kulit ikan pari. Soalnya kerajinan tersebut baru ada satu-satunya di Rembang. Jadi nantinya kerajinan tersebut akan kami bantu hingga menembus pasar internasional,” tegasnya. (Lingkar Network | Vicky Rio – Lingkarjateng.id)