PATI, Lingkarjateng.id – Jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, informasi dan narasi politik semakin kencang beredar di media sosial. Bahkan, informasi-informasi yang beredar itu berkemungkinan terselip hoaks. Mengingat gawe akbar tersebut, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Pati mengimbau masyarakat untuk lebih waspada agar tidak menelan mentah informasi yang tersaji.
Kepala Diskominfo Pati, Ratri Wijayanto, mengatakan tahun politik cukup rawan dengan penyebaran hoaks oleh pihak-pihak tak bertanggungjawab untuk menggiring opini masyarakat. Oleh sebab itu, Ratri mengajak masyarakat untuk lebih melek informasi.
“Informasi bohong atau hoaks mudah sekali tersebar di media sosial, dan jelang tahun politik dipastikan banyak informasi palsu beredar. Tentunya penggiringan opini masyarakat melalui hoaks sangat berbahaya bagi keutuhan negara dan bangsa,” ujarnya.
Awas! Kabar Hoax Banjir, Diskominfo Pati Imbau Warga Bijak Bermedsos
Dalam rangka menekan meluasnya peredaran hoaks, Ratri mengajak masyarakat lebih cermat untuk mendeteksi informasi apakah termasuk hoaks atau tidak.
Ratri membagikan cara deteksi dini berita bohong dengan cara meninjau alamat URL dan cek situs atau media yang mengunggah informasi. Kemudian lakukan fact check dengan membandingkan informasi yang diterima dengan informasi dari media lain, amati penulis, narasumber dan bagaimana redaksi penulisannya.
“Biasanya berita hoaks ditulis dengan nada provokatif yang mengajak pembacanya melakukan sebagaimana narasi oleh penulis. Untuk itu penting untuk mengecek narasumbernya, apakah kredibel dan mempunyai kapasitas dalam bidang tertentu. Lalu, pastikan juga URL dan situsnya itu milik badan pemerintahan maupun sumber terpercaya lainnya,” bebernya.
Diskominfo Pati Imbau Warga Waspada Penipuan Catut Nama Pejabat
Lebih lanjut, Ratri menyebut berita hoaks yang paling banyak ditemui itu seputar sosial politik, SARA, dan kesehatan. Untuk itu perlu deteksi dini hoaks agar penyebarannya tidak meluas.
“Masyarakat harus banyak membaca referensi untuk membandingkan benar tidaknya informasi, atau berbagi informasi dengan orang lain untuk meluruskan informasi yang salah. Dan yang paling penting itu tidak mudah terprovokasi agar hoaks tidak semakin meluas,” pungkasnya. (Lingkar Network | Lingkarjateng.id)