BLORA, Lingkarjateng.id – Potongan video perundungan yang menimpa seorang siswa SMP di Kabupaten Blora menjadi buah bibir warganet. Dua potongan video perundungan siswa sekolah itu berdurasi 0,09 detik dan 0,05 detik. Dalam video yang dimaksud, siswa laki-laki berseragam batik warna merah dengan posisi kepala menunduk tampak dipukul beberapa kali oleh teman sebayanya. Korban tidak membalas tindak kekerasan tersebut, namun pukulan terus mendarat di kepalanya.
Dari informasi yang telah ditelusuri, kasus perundungan siswa tersebut terjadi di SMPN 1 Japah. Korban merupakan siswa kelas 9 berinisial A warga Kecamatan Japah.
Mengonfirmasi kebenaran kejadian tersebut, Kepala SMPN 1 Japah Budi Arianto membenarkan kejadian itu berasal dari sekolah yang dipimpinnya. Namun ia mengaku sudah mengambil tindakan pasca kasus perundungan terjadi.
“Kami telah memanggil semua orang siswa yang terlibat dalam video ini untuk menyelesaikan kejadian itu secara kekeluargaan,” ujarnya, Jumat, 23 Februari 2024 siang.
Budi menjelaskan, kejadian itu terjadi beberapa waktu lalu ketika siswa kelas 9 usai melakukan asesmen dan diminta untuk kembali ke kelas masing-masing.
“Dari informasi yang kami terima, teman-temannya hanya bercanda karena saudara A kerap tertidur di sekolah, sehingga teman-temannya berusaha untuk membangunkannya,” jelasnya.
Pihaknya menegaskan, kejadian tersebut sudah diselesaikan kedua belah pihak. Dan mereka yang memvideo dan memukul telah mendapatkan bimbingan konseling serta diberi sanksi.
Berbeda dengan pandangan dari kepala sekolah setempat. Menurut warga Japah, Putri, yang menonton video tersebut berpendapat bahwa yang ditampilkan dalam video singkat itu bukan candaan melainkan benar-benar terjadi pemukulan.
“Pelakunya harus dihukum aga ada efek jera, biar gak ngulangi lagi. Itu serius bukan candaan,” ucapnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blora, Sunaryo, saat dikonfirmasi mengungkapkan bahwa dirinya baru saja menerima laporan perundungan siswa sekolah hari ini.
“Kami akan segera turunkan tim untuk lakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah agar kejadian serupa tidak terulang di sekolah yang lain,” ungkapnya.
Ia mengaku saat ini masih berdinas di luar kota sehingga perlu melakukan koordinasi dengan jajarannya.
“Nanti kita koordinasikan dulu dengan kabid yang membidangi,” pungkasnya. (Lingkar Network | Hanafi – Lingkarjateng.id)