Permintaan LPG 3 Kg Meroket saat Ramadhan, Warga Blora Kesulitan Dapat Gas

BLORA, Lingkarjateng.id – Memasuki awal bulan Ranadhan 1445 Hijriah, kebutuhan masyarakat terhadap gas ukuran 3 Kg semakin meningkat. Akibatnya harga gas pun meningkat seiring tingginya  permintaan konsumen. 

Bukan saja harga gas yang melambung, masyarakat di Kabupaten Blora menyebut stok Liquefied Petroleum Gas atau LPG 3 Kg tak mencukupi kebutuhan. Alhasil masyarakat susah mendapatkan bahan bakar gas.

Kondisi tersebut dialami warga Blora Kota, Desa Kutukan, Kelurahan Wulung Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora.

Penjual makanan ringan di Desa Kutukan, Nana mengaku beberapa waktu ini sulit mendapatkan bahan bakar gas sedangkan harga saat ini sudah mencapai Rp22 ribu.

“Sudah susah dicari, harganya juga naik tinggi,” ucapnya, Selasa, 12 Maret 2024  siang.

Menurut Nana, harga gas subsidi yang melambung tinggi membuatnya merasa terbebani sebagai pengusaha kecil. Sebab ia harus menambah biaya operasional usaha kuliner yang  baru dirintisnya.

“Saya usaha ini baru satu bulan, tapi cari LPG juga susah. Siapapun pasti akan mengeluh, kalau harganya sampai Rp22 ribu. Karena butuh ya tetap saja dibeli,” tuturnya.

Senada, warga Desa Pilang, Kecamatan Randublatung, Retno yang merupakan penjual bakso dan mie ayam juga mengeluhkan kenaikan harga LPG 3 kg. Hal ini dirasa menyusahkan rakyat kecil, apalagi stoknya pun susah.

“Barangnya susah, harga naik terus. Untung dari jualan makin mepet,” ungkapnya.

Sementara itu salah satu pengelola pangkalan LPG di Kelurahan Wulung, Budi, menuturkan sebenarnya pasokan gas LPG 3 Kg masih sama hanya saja jumlah pembeli semakin meningkat.

“Tidak langka. Pasokan tidak berubah, hanya saja yang beli tambah banyak,” ujarnya.

Terpisah, Affan Sosiawan selaku bagian pemasaran Koperasi Serba Usaha Migas Cepu, saat disinggung kelangkaan LPG 3 kg di wilayah Blora termasuk Randublatung memastikan tidak terjadi kelangkaan gas.

“Pasokan masih aman setiap hari. Hanya saja permintaan pasar yang naik,” ucapnya.

Menurutnya, banyaknya warga yang sedang menjalankan budaya Mapak Poso, menjadi salah satu penyebab permintaan LPG tinggi sehingga di lapangan terkesan menjadi langka.

“Sebenarnya tidak langka kok, dalam waktu dekat pasti normal kembali,” tandasnya.

Ia mencontohkan, untuk wilayah Randublatung, pihaknya mensuplai sekira 10 pangkalan.

“Saya pastikan sudah aman, warga gak usah panik,” pungkasnya. (Lingkar Network | Hanafi – Lingkarjateng.id)