Jelang Syawalan, Pedagang Mulai Padati TRP Kartini Rembang

REMBANG, Lingkarjateng.id  – Banyak pedagang memanfaatkan momen Syawalan untuk mencari rezeki dengan membuka lapak di sekitar Taman Rekreasi Pantai atau TRP Kartini Rembang.

Salah satunya adalah Triyono, penjual mainan gerabah. Pedagang asal Mayong, Kabupaten Jepara ini mulai membuka lapak sejak H-1 hari raya Idulfitri 1444 Hijriah. Ia mengaku kebanyakan pembelinya adalah orang yang melakukan aktivitas arus balik.

Seperti pada Selasa, 25 April 2023, terdapat sejumlah pemudik yang balik singgah ke lokasi syawalan dan membeli barang yang dijual pedagang.

“Rata-rata yang beli yang pada balik ke luar kota mampir beli. Kadang anaknya minta beli gerabah tanah liat buat masakan, tapi ini belum ramai,” ujarnya.

Triyo mengaku di H+4 lebaran ini masih sepi pengunjung. Ia menduga hal ini karena masyarakat masih disibukkan dengan aktivitas halal bihalal dengan keluarga. Selain itu juga belum banyak warga yang kembali ke Rembang.

Selain menjual mainan masak-masakan dari tanah liat, ada juga dagangan topeng, jaranan, barongsai mainan dan timbangan mainan. Saat ini yang paling laris terjual cobek atau alat masak dari gerabah.

Sementara itu, Bejo pedagang celengan dari gerabah membawa 400-an celengan. Menurutnya, pembeli sampai Selasa, 25 April 2023 ini belum seramai tahun 2022 lalu.

Ia mengungkapkan Syawalan tahun lalu sekitar 800-an celengan ludes terjual. Harapannya, pada Rabu, 26 April 2023 ini mulai banyak pengunjung di lokasi syawalan. 

“Yang beli banyak yang pakai mobil-mobil, semakin ke sini banyak orang seperti mau balik kerja di luar kota yang mampir beli,” ungkap warga asal Bojonegoro ini. 

Harga celengan yang dijualnya beragam, mulai Rp 30 ribu yang ukuran kecil sampai Rp 250 ribu yang besar. Bentuk celengannya pun beragam hewan, ada sapi, harimau, buaya sampai ayam yang paling kecil. 

Sementara itu, seorang pemudik yang mau kembali ke Pati, Asmuji, sengaja mampir ke syawalan karena anaknya yang bernama Maisyaroh Putri Salasabilla ingin membeli mainan tanah liat. Baginya mainan tradisional lebih baik dibanding anaknya menghabiskan waktu bermain handphone.

“Ini tadi dari Lasem rumah mertua mau ke Pati balik rumah. Tadi anak mau beli mainan dari tanah, kita seneng sih daripada mainan HP,” tandasnya. (Lingkar Network | R. Teguh Wibowo – Koran Lingkar)