Sepanjang 2023, 1.176 Warga Pati Pilih Bekerja di Luar Negeri

PATI, Lingkarjateng.id – Sulitnya mencari pekerjaan yang bergaji besar di tanah kelahiran sendiri, membuat 1.214 warga Kabupaten Pati mengadu nasib di luar negeri. 

Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Pati pada 2022, sebanyak 758 pekerja laki-laki dan 456 pekerja perempuan di Bumi Mina Tani berjuang mencari pundi-pundi rupiah di luar negeri.

Pada 2023, jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Pati turun menjadi 414 untuk pekerja laki-laki dan 762 untuk pekerja perempuan.

“Jumlah PMI 2023 itu 1.176, turun. Laki-lakinya 414, perempuan 762,” ujar Kepala Disnaker Pati Bambang Agus Yunianto Jumat, 12 Januari 2024.

Ribuan PMI yang merantau ke luar negeri tersebut bekerja di berbagai belahan dunia. Seperti di Benua Eropa dan Asia. Sedangkan negara yang paling banyak dituju PMI asal Pati yakni Taiwan dengan pekerja laki-laki sebanyak 300 orang dan perempuan sebanyak  414 orang, Hongkong dengan pekerja perempuan sebanyak 127 orang.

Kemudian Singapura dengan pekerja perempuan sebanyak 93 orang, Jepang pekerja laki-laki sebanyak 50 orang dan perempuan sebanyak  8 orang, Korea Selatan dengan pekerja laki-laki sebanyak 44 orang serta Polandia dengan pekerja laki-laki sebanyak 23 orang dan pekerja perempuan sebanyak 2 orang.

“Macam-macam banyak yang Korea, Taiwan, Jepang itu tidak kerja tapi magang. Tapi Malaysia dan Singapore kan informal. Itu seperti ART, tapi kalau yang Korea, terus Taiwan itu kan formal. Memang membutuhkan keterampilan,” lanjut dia.

Menurutnya, dari beberapa negara tujuan PMI tersebut yang memiliki gaji paling tinggi yakni Korea Selatan. Mereka bekerja di berbagai sektor mulai dari industri, pertanian hingga perikanan.

“Paling besar di Korea. Gajinya besar hampir 36 sampai 40 (juta), kalau Jepang cuma 30-an (juta),” terangnya.

Salah satu PMI asal Pati yang bekerja di Korea Selatan, Muhammad Widi mengungkapkan alasannya bekerja di luar negeri karena dirinya sulit menabung ketika bekerja di Indonesia. Sehingga, ia mencari solusi dengan bekerja di Negeri Ginseng untuk mencari modal, wawasan dan pendapatan yang lebih besar.

“Sulitnya untuk menabung ketika kerja di Indonesia. Kemarin sistem berangkat kerja yang saya gunakan didukung pemerintah lewat progam G to G yang diadakan BP2MI,” katanya saat dihubungi terpisah lewat panggilan seluler Minggu, 14 Januari 2024. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Lingkarjateng.id)