REMBANG, Lingkarjateng.id – Dalam rangka memperingati Hari Kartini ke-144, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) menggelar berbagai lomba. Di antaranya, lomba karawitan dan membatik sebagai pembuka lomba.
Kepala Dinbudpar Rembang Mutaqin menyampaikan perlombaan tersebut merupakan rangkaian peringatan Hari Kartini di Kabupaten Rembang. Dalam jadwal yang telah ditentukan, ada empat perlombaan yang dilaksanakan. Meliputi karawitan, membatik, tari dan dolanan anak-anak.
Dirinya mengungkapkan, keempat jenis perlombaan tersebut merupakan aktivitas yang sangat disukai oleh Raden Ayu (RA) Kartini. Oleh karena itu, dirinya menilai sangat tepat jika aktivitas tersebut diangkat dan diperlombakan dalam rangka mengenang sosok pahlawan emansipasi wanita itu.
Punya Nilai Historis, Revitalisasi TRP Kartini Rembang Digarap Usai Lebaran
“Disamping pula kita mengenang jasa beliau Ibunda Kartini, bahwa beliau itu juga suka membatik juga suka karawitan, menari dan mainan anak atau dolanan anak-anak,” bebernya.
Untuk hari Rabu, 12 April 2023, digelar perlombaan karawitan yang diikuti 11 kelompok peserta di Pendopo Museum Kartini dan Sanggar Budaya. Masing-masing kelompok terdiri dari 20 orang. Jika hadir semua maka total ada 210 orang pengrawit yang hadir dalam perlombaan karawitan.
Selain itu juga dilaksanakan lomba membatik, pesertanya berasal dari SMP sederajat dan SMA sederajat. Total ada 45 peserta yang terdaftar mengikuti lomba membatik.
Wisata Religi Rembang, Ziarah ke Makam R. A. Kartini
Sedangkan untuk perlombaan menari dan dolanan anak tradisional, dilaksanakan pada Kamis, 13 April 2023.
“Kita melaksanakan tari orek-orek berpasangan. Pesertanya dari Dinas, Badan, BUMN, BUMD dan Kecamatan,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Rembang, Hasiroh Hafidz, menyampaikan acara perlombaan tersebut sangat penting digelar untuk melestarikan budaya sekaligus mengenang jasa-jasa RA. Kartini. Jika tidak demikian, maka lama kelamaan bisa menghilang terkikis perkembangan jaman.
“Kalau tidak kita uri-uri nanti semakin hari semakin habis dan ditakutkan akan mati. Untuk itu melalui kegiatan ini, anak kita yang sekarang ini ada di era digital suka main hp bisa terpengaruh untuk mengikuti lomba khususnya lomba dolanan anak. Biar anak-anak masih suka bermain dengan temannya,” terangnya.
Hasiroh Hafidz berharap, pelestarian empat kebudayaan tersebut jangan hanya dilakukan pada momen tertentu saja. Namun bisa dilaksanakan secara masif seperti dijadikan ekstrakurikuler wajib di setiap sekolahan. (Lingkar Network | R. Teguh Wibowo – Koran Lingkar)