KUDUS, Lingkarjateng.id – Angkutan pedesaan (angkudes) di Kabupaten Kudus kini hanya menyisakan 135 unit dari total 650 unit yang pernah ada. Penyebab utamanya karena penumpang yang semakin sepi. Akibatnya angkudes di Kudus berada di ambang kepunahan.
Kepala Seksi Bidang Angkutan Jalan Dinas Perhubungan Kudus, Mukhlisin prihatin dengan kondisi angkudes yang kian sepi peminat. Padahal dulu menjadi andalan masyarakat. “Mati ndak hidup juga ndak,” ujarnya di Kantor Dishub Kudus pada Rabu, 14 Agustus 2024.
Mukhlisin menjelaskan dulu saat angkudes pertama beroperasi mempunyai 650 armada dan melayani 20 trayek. Namun, seiring perkembangan zaman dan perubahan kebutuhan masyarakat, jumlah trayek menyusut drastis menjadi hanya 9 trayek dalam lima tahun terakhir.
“Saat ini, jumlah kendaraan angkudes yang tersisa hanya 135 unit dari total 650 unit yang pernah ada,” kata Mukhlisin.
Bahkan data administratif menunjukkan sembilan trayek yang terdaftar saat ini sudah mati. Artinya, angkudes di trayek tersebut tidak lagi beroperasi atau kehilangan penumpang.
“Rata-rata jumlah armada yang aktif di setiap trayek di bawah 30 unit. Hanya trayek Terminal Jati-Bareng yang memiliki jumlah armada tertinggi dengan 31 unit,” tambahnya.
Sebaliknya, trayek dengan jumlah armada paling sedikit adalah Bareng-Colo dan Pasar Dawe-Gerit, masing-masing hanya memiliki satu unit yang masih beroperasi.
“Tanpa adanya pabrik rokok di dekat trayek itu, angkudes mungkin sudah benar-benar ditinggalkan,” ujarnya.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan drastis angkudes adalah meningkatnya kepemilikan kendaraan pribadi di masyarakat. Padahal dulu, pekerja pabrik sebagai penumpang utama angkudes. Namun kini pekerja pabrik juga sudah banyak yang memiliki kendaraan pribadi.
Sementara pada tahun 2019, tercatat ada 420 ribu sepeda motor di Kudus, dan angka itu terus meningkat setiap tahunnya. Selain itu, sistem zonasi sekolah juga turut berkontribusi terhadap penurunan angkudes.
“Sebagian besar siswa kini diantar jemput oleh orang tua atau menggunakan ojek online, sehingga mereka jarang menggunakan angkudes,” jelas Mukhlisin.
Kendati demikian, angkudes masih beroperasi di beberapa trayek. Meski dengan jumlah armada yang sangat terbatas. Masa depan angkudes di Kudus kini terancam, seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat dan meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi. (Lingkar Network | Mohammad Fahtur Rohman- Lingkarjateng.id)