KUDUS, Lingkarjateng.id – Bupati Kudus, M. Hartopo memberikan apresiasi kepada desa-desa yang telah maksimal membantu pemulihan ekonomi pasca pandemic Covid-19. Hal ini disampaikan Bupati Hartopo saat membuka Penilaian Perlombaan Desa di Desa Padurenan, Kecamatab Gebog pada Senin, 27 Maret 2023.
Sebagai bentuk dukungan dan apresiasi, Bupati Hartopo bahkan menggelontorkan anggaran ratusan juta bagi pemenang lomba desa paling inovatif tersebut. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus menganggarkan bantuan khusus melalui APBD Perubahan 2023 salah satunya diberikan kepada desa untuk mengembangkan potensi desa.
Adapun pemenang pertama desa paling inovatif mendapatkan Rp 200 juta. Kemudian pemenang kedua menerima Rp 150 juta dan pemenang ketiga menerima sebesar Rp 100 juta.
SMK di Kudus Luncurkan Terobosan Produk Inovatif Berbahan Kopi dan Cokelat
“Kami sediakan bantuan keuangan khusus bagi pemenang lomba desa tahun ini. Semoga nantinya bisa untuk membangun lebih baik lagi,” tuturnya.
Bupati Hartopo yang hadir bersama Ketua TP PKK Kabupaten Kudus Mawar Hartopo terkesan dengan makanan jadul yang masih tersedia di Desa Padurenan. Beberapa di antaranya bahkan menjadi makanan favoritnya semasa kecil. Hal ini menjadi bukti bahwa masyarakat Desa Padurenan berhasil melestarikan kearifan lokal.
“Saya takjub, ada makanan jadul yang sudah jarang ada. Beberapa ada yang jadi favorit saya itu,” terangnya.
Menurutnya, pihak desa sudah berhasil memberdayakan UMKM masyarakat setempat sehingga perekonomian Desa Padurenan berhasil bangkit setelah pandemi dua tahun terakhir.
Maksimalkan Potensi PAD, Bupati Kudus Dorong Perusda Terus Berinovasi
Program prioritas seperti menurunkan angka stunting, kata Bupati Hartopo, juga sudah dilaksanakan. Untuk itu pihaknya meminta seluruh kebijakan yang baik agar terus ditingkatkan sehingga Desa Padurenan ke depan bisa menjadi desa mandiri.
“Pemulihan ekonominya sudah bagus, tinggal dilanjutkan. Semoga ke depan bisa menjadi desa mandiri,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Padurenan, Thoni Hermawan, mengungkapkan bahwa desa memiliki berbagai UMKM yang telah menjangkau berbagai daerah di Indonesia. Seperti bordir, meubel, maupun rokok herbal. Beberapa kuliner khas Padurenan seperti pecel daun telo gendruwo, geplak sari, dan minuman mangler juga masih eksis. Selain itu 10 program PKK juga telah dimaksimalkan.
“Setelah badai pandemi, memang UMKM paling berdampak. Tapi kami berupaya bangkit dan terus menjalankan program yang mendukung arahan dari Pak Bupati,” paparnya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus S – Koran Lingkar)