KUDUS, Lingkarjateng.id – Dalam rangka mengantisipasi terjadinya bencana, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus mulai melakukan pemetaan daerah-daerah rawan bencana menjelang pergantian musim atau pancaroba. Diketahui, sejumlah desa di beberapa kecamatan menjadi langganan terjadinya bencana tahunan seperti banjir, tanah longsor, dan puting beliung.
Oleh karena itu, Penjabat (Pj) Bupati Kudus Bergas Catursasi Penanggungan menekankan pentingnya upaya untuk mencegah supaya bencana itu tidak terjadi. Kemudian, perlu juga meminimalisir risiko dampak bencana.
Bergas menyebut, sejumlah relawan sudah mulai melakukan aksi bersih-bersih sungai untuk mencegah terjadinya bencana banjir.
Selain itu Bergas juga sudah meminta Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Kudus untuk melakukan normalisasi di beberapa titik. Hal ini dilakukan supaya aliran air lancar dan tidak meluber ke pemukiman warga ketika musim penghujan nanti.
“Dinas PUPR ini kita coba minta kerjasama juga bersama pemerintah desa seperti yang ada di Kecamatan Mejobo,” tambahnya.
Selanjutnya, Pemkab Kudus juga mulai melakukan penyisiran terhadap tanggul-tanggul kritis. Menurut Bergas, sejauh ini belum ada laporan terkait tanggul kritis di sembilan kecamatan yang ada.
Akan tetapi, ketika musim kemarau biasanya terjadi peretakan di sejumlah titik tanggul sehingga perlu dilakukan penyisiran terhadap tanggul-tanggul yang ada.
“Maka harus dilakukan penyisiran tanggul dan melaporkan kondisi tanggul. Jika ada temuan bisa segera laporkan dan lakukan upaya darurat. Ini bisa dilakukan dengan kerja sama antara Pemerintah Desa dan seluruh relawan yang ada di masing-masing wilayah,” paparnya.
Selain itu, Bergas mengatakan Kecamatan Mejobo baru saja menerima bantuan dari DPR RI dan Kementerian Sosial (Kemensos) senilai Rp. 189.708.250 untuk mengisi lumbung logistik. Bantuan ini diberikan saat pengukuhan Kampung Siaga Bencana di Lapangan Desa Gulang, Kecamatan Mejobo pada Rabu, 1 November 2023.
“Harapannya jika ada lumbung logistik ini, maka jika dibutuhkan bantuan logistik, mereka harus bisa lebih siap karena lumbungnya sudah ditempatkan di sini (Kecamatan Mejobo). Sehingga apabila bencana terjadi, logistik bisa lebih cepat diterima para korban yang terdampak,” jelasnya.
Logistik ini bisa berupa bantuan pangan dan non pangan. Di antaranya seperti kasur, selimut, makanan, minuman, maupun lain sebagainya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus, Mundir, mengaku pihaknya sudah siap menghadapi bencana tahunan. Selain itu, pihaknya juga sudah melakukan berbagai langkah untuk mencegah terjadinya bencana di musim penghujan.
“Terkait kesiapsiagaan bencana dari BPBD kami sudah siap semua,” ucapnya.
Pasalnya, BPBD telah melakukan pemetaan untuk daerah-daerah yang rawan terjadi bencana. Di antaranya, untuk daerah yang rawan mengalami bencana banjir yaitu di Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Jati, Kecamatan Undaan, dan Kecamatan Mejobo.
“Lalu di Kecamatan Jekulo juga rawan banjir tapi hanya sawahnya saja, kalau pemukimannya masih aman,” imbuhnya.
Kemudian untuk daerah yang rawan terjadi tanah longsor yaitu di Kecamatan Dawe dan Kecamatan Gebog. Sedangkan untuk daerah yang rawan terjadi pohon tumbang dan puting beliung yakni di sembilan kecamatan yang ada di Kabupaten Kudus.
“Karena ini biasanya kalau peralihan dari pancaroba ke musim hujan itu anginnya kencang, jadi rawan,” tuturnya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus. S – Koran Lingkar)