KUDUS, Lingkarjateng.id – Minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor pertanian saat ini membuat petani di Kabupaten Kudus memanfaatkan teknologi untuk menebarkan pupuk. Selain itu, dengan memanfaatkan teknologi juga dinilai menjadi lebih efisien.
Seperti yang dilakukan petani asal Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus sudah beralih dengan menggunakan drone.
Hawi Sukamto salah satu petani Desa Karangrowo mengatakan bahwa, dirinya memanfaatkan drone untuk menyemprotkan obat atau pupuk cair ke sawah sudah dilakukan sejak dua tahun lalu.
Ia menilai, memanfaatkan teknologi drone lebih efisien dari pada harus menggunakan cara tradisional.
“Setiap ada musim tanam saya pakai drone. Karena memakai drone lebih efisien. Daripada menggunakan manual. Ongkosnya juga sangat murah,” ucap Hawi di Kudus, baru-baru ini.
Ia mengaku bisa menghabiskan biaya kurang lebih Rp300.000 dalam satu hektare untuk penyemprotan, jika tidak memanfaatkan drone. Sedangkan jika menggunakan drone hanya membutuhkan biaya Rp250.000. Sehingga biaya yang ia keluarkan lebih murah.
Tidah hanya itu, dengan menggunakan drone, kata dia, penyemprotan yang dilakukan bisa lebih merata ke seluruh tanaman padi.
“Agar saat melakukan penyemprotan bisa merata obatnya,” kata salah satu petani di Kudus itu.
Selain dari segi biaya yang lebih murah, kata dia, menggunakan drone juga menjadikan penggunaan pupuk cair atau obat untuk tanaman padi lebih irit.
Ia menambahkan, dengan memanfaatkan drone dirinya cukup menghabiskan 1 liter saja. Sedangkan jika tidak menggunakan drone, lanjut dia, dirinya membutuhkan sebanyak 2 liter bahkan sampai 3 liter.
“Kalau manual obatnya 2-3 liter. Tapi drone hanya 1 liter,” ujarnya.
Selain itu, menurut dia, jika tidak memanfaatkan drone dalam proses penyemprotan ke padi, dikhawatirkan bisa mengenai kulit jika kondisinya tak menentu.
“Kalau drone tidak terkena kulit. Terlebih, untuk penyemprotan hanya memakan waktu 30 menit dalam 1 hektare,” jelasnya.
Ketika dirinya menyemprot tanaman padi, ia bekerja sama dengan perusahaan yang bergerak di bidang penyedia jasa pertanian, yaitu Maxxi Tani Technology. Sehingga ia cukup menyewa dari penyedia jasa tersebut.
“Kalau beli sendiri enggak mampu tetapi kalau kerja sama ‘kan hanya menyewa,” pungkasnya. (Lingkar Network | Ihza Fajar – Koran Lingkar)