Puncak Musim Kemarau, 10 Hektare Lahan Pertanian di Jepara Bero

JEPARA, Lingkarjateng.id – Sebanyak 10.193.17 hektare lahan pertanian di Kabupaten Jepara bero atau tidak bisa ditanami pada musim tanam (MT) ketiga lantaran sudah memasuki puncak musim kemarau.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Jepara, Diyar Susanto, melalui Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP), Dian Satriadi, mengatakan bahwa seluas 10 ribu hektare atau 40 persen dari jumlah lahan di Kabupaten Jepara yaitu 26 ribu hektare tidak bisa ditanami pada musim tanam ketiga.

“Dari jumlah luas lahan di Kabupaten Jepara 26,425.87 hektare untuk lahan yang bero sebanyak 10.193.17 hektare atau 38.57 persen. Untuk luas lahan yang bero di Kabupaten Jepara paling banyak persentasenya berada di Kecamatan Kedung yaitu 99,85 persen. Sebenarnya ada komoditas yang bisa diupayakan seperti kacang hijau dan kedelai, ini baru kita coba 5 hektare. Jika ini bisa, nanti kita akan sosialisasikan ke petani yang lain,” jelas Dian, pada Senin, 11 September 2023.

Adapun lahan pertanian bero ini terjadi di 15 kecamatan Kabupaten Jepara dengan luas yang bervariasi.

KecamatanLuas Lahan (Ha)Lahan Bero (Ha)Hitungan PersenDonorejo2.751.71519.3318.87Keling2.093.6285.004.06Kembang2.478.80837.4033.78Bangsri2.635.83845.0032.06Mlonggo1.134.29880.0077.58Pakisaji1.461.51737.0050.43Jepara321.06318.0099.05Tahunan790.4534.4467.62Kedung1.677.521.675.0099.85Batealit1.894.86303.0015.99Pecangaan1.464.121.106.0075.54Mayong2.655.76461.0017.36Kalinyamatan1.277.07786.0061.55Nalumsari2.206.2511.000.50Welahan1.583.071.095.0069.17

Melihat kondisi tersebut, Dian mengaku telah melakukan sejumlah langkah antisipasi untuk mencapai target produksi gabah.

“Langkah-langkah antisipasi ini sudah kami siapkan, seperti perbaikan saluran irigasi, perbaikan alat-alat pertanian, dan pemberian bantuan bibit tanaman. Lalu perbaikan titik-titik penampungan air,” ucapnya.

Terkait langkah antisipasi El Nino, DKPP Jepara sudah melakukan upaya memberikan bantuan tanaman bibit unggul yaitu varietas super genjah yang ditanam di area pertanian seluas 1.432 hektare di luar lahan pertanian yang bero.

“Kalau bibit yang biasanya itu sekitar 110 hari baru bisa panen, kalau bibit genjah ini dalam jangka waktu 75-90 hari nanti sudah bisa panen. Tinggal melihat kondisi tanah dan perlakuan dari petaninya. Ini untuk antisipasi minimnya ketersediaan air dan menutup target produksi,” tuturnya. (Lingkar Network | Tomi Budianto – Koran Lingkar)