BOYOLALI, Lingkar.news – Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah menyebutkan bahwa kemarau panjang akibat fenomena El Nino belum menyebabkan dampak bagi pelaku budidaya perikanan di wilayah tersebut, namun pihaknya telah menyiapkan sejumlah langka untuk mengantisipasi kegagalan panen.
“Kami belum menerima laporan dari daerah sentra perikanan seperti Waduk Kedung Ombo (WKO), Waduk Cengkling, dan di Kampung Lele Sawit Boyolali dampak kemarau panjang, produksi masih aman,” kata Kepala Bidang Perikanan Disnakkan Kabupaten Boyolali, Nurul Nugroho pada Selasa, 29 Agustus 2023.
Nurul Nugroho mengatakan, untuk budidaya ikan keramba di Waduk Kedung Ombo dan Waduk Cengklik belum ada laporan karena elevasi air waduk belum berkurang signifikan. Sedangkan di Kampung Lele, sumber air relatif stabil dan aman dari kekeringan.
“Untuk perikanan di Kabupaten Boyolali rata-rata hingga Agustus ini, masih aman,” kata Nurul.
Dia menyampaikan, budidaya ikan di Boyolali terutama jenis lele, gurame, nila dan mujair. Produksi ikan segar air tawar di Boyolali hingga Agustus ini, realisasi mencapai 23.161,894 ton dan masuk kategori aman serta mencukupi.
“Kami target produksi ikan segar air tawar pada tahun ini, mencapai 35.068 ton. Kami tetap optimistis bisa mencapai target itu, hingga akhir Desember mendatang,” ujarnya.
Dia mengatakan, Disnakkan sudah memberikan surat edaran ke semua pembudidaya terkait antisipasi dampak El Nino. Disnakkkan Kabupaten Boyolali bersama Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jateng melakukan sosialisasi melalui surat tersebut sehingga pembudidaya mampu mengantisipasi kondisi saat ini.
Dia menjelaskan dalam kegiatan budidaya ikan, El Nino dapat membuat pertumbuhan ikan melambat, nafsu makan menurun dan mudah terserang penyakit. Untuk menghindari kematian massal maka dilakukan pencegahan.
Pertama, mengantisipasi terjadinya up welling atau pembalikan massa air di waduk dengan mengurangi jumlah keramba yang beroperasi, mengurangi padat tebar, melakukan manajemen pakan yang baik sehingga tidak banyak yang terbuang.
Selain itu, kata dia, penggunaan benih unggul dan unit yang memiliki sertifikat cara budidaya ikan yang baik (CBIB), mengurangi padat tebar ikan dan membuat segmentasi ukuran benih yang ditebar untuk mempersingkat waktu budidaya. Penerapan manajemen pakan yang efektif dan efisien sehingga tidak menurunkan kualitas air.
Menurutnya, pihaknya juga mendorong komoditas budidaya tanpa pakan, seperti kerang-kerangan dan rumput laut serta mengembangkan komoditas budidaya yang hemat air seperti jenis ikan lele dan patin. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)