SEMARANG, LINGKAR.NEWS – Museum Mandala Bhakti Semarang yang terletak di Jalan Soegijapranata No.2, Barusari, Kec. Semarang Selatan Kota Semarang ini awal di bangun pada tahun 1906 dengan arsiter bernama Kuhr E. dari Firma Ooiman dan van Leeuwen, yang pada awalnya digunakan untuk Raad van Justitie atau Pengadilan Tinggi bagi golongan rakyat Eropa di Semarang.
Namun dalam perjalanannya, gedung bangunan tersebut pernah di singgahi oleh Jepang yang saat itu sedang gencar-gencarnya perang Pasifik antara Belanda dan Negara berjuluk Negeri Matahari Terbit sehingga pada akhirnya Jepang berhasil mengambil alih paksa dan menduduki tempat yang sekarang menjadi Museum Mandala Bhakti.
Badrun, salah satu pemandu tamu di museum ini menceritakan setelah sebelumnya diduduki Jepang, pada tahun 1947 gedung bangunan ini, kata dia, bisa di rebut kembali oleh para pejuang tanah air di Semarang dan sekitarnya sehingga untuk selanjutnya gedung tersebut dipergunakan untuk kantor Pemuda Juang.
“Mulai pada tahun 1949 gedung ini kemudian di gunakan untuk Kantor Kodam 7 Diponegoro ,yang semula di tempati oleh Kantor Pemuda Juang. Karena TNI merupakan embrio dari para pejuang,”ujarnya.
Lebih lanjut,ia menjelaskan pada tahun 1985 gedung bangunan tersebut dialihfungsikan dan di resmikan menjadi museum yang kita kenal sekarang bernama Mandala Bhakti. Namun baru di buka untuk umum adalah pada tanggal 1 April 1987 dan di resmikan oleh Mayjen TNI Setyana.
“Hingga saat ini museum masih tetap lestari dan bisa di kunjungi oleh masyarakat umum serta di wajibkan bagi personil anggota 4 Kodam Diponegoro bagi yang memang alih tugas, dari yang sebelumnya di luar Kodam 4 Diponegoro namun sekarang bertugas di Kodam 4 Diponegoro yang meliputi Provinsi Jateng dan DIY. Dari kebijakan pimpinan untuk wajib berkunjung di museum,”jelasnya.
Museum Mandala Bhakti memiliki koleksi berbagai senjata yang digunakan pada masa perjuangan, seperti senjata berat 25 PDR field gun dan pistol kuno jenis Luger dan machine gun Browning yang digunakan dalam pertempuran lima hari di Semarang. Pada museum ini terdapat koleksif artefak militer Indonesia dan foto-foto dari pahlawan Indonesia.
Pada saat ini Museum Mandala Bhakti memiliki dua lantai dengan total 30 ruangan. Diantaranya ruang Pelestarian Ruang Kerja Pangdam (digunakan sebagai ruang Pangdam dari waktu ke waktu), ruang Satsikmil (yang berisi alat music yang digunakan militer), ruang Laswi (berisi barang barang yang menggambarkan bagaimana lascar wanita melawan penjajah dalam perjuangan Indonesia), dan ruang peristiwa (yang menyimpan catatan sejarah berbagai peristiwa perjuangan di tanah air, seperti pertempuran lima hari di Semarang, serangan umum Surakarta, dan pertempuran di Magelang). Museum Mandala Bhakti dibuka untuk umum, mulai dari hari Senin sampai Sabtu pukul 08.00-15.00 WIB. Dengan harga tiket masuk sebesar Rp5.000,00 per orang. ( RIZKY SYAHRUL AL-FATH/LINGKAR )