CILACAP, Lingkar.news – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cilacap, Jawa Tengah, memastikan ketahanan pangan di wilayah itu tetap terjaga meskipun masa tanam padi di sebagian besar area persawahan setempat mundur akibat kekeringan pada tahun 2023.“Saat ini masih ada panen karena kebetulan di beberapa tempat bisa melaksanakan Musim Tanam III dan berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap per Desember 2023 masih surplus sekitar 298 ribu ton,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Cilacap Sigit Widayanto di Cilacap, Rabu.Dengan demikian, kata dia, ketahanan pangan di Kabupaten Cilacap hingga saat ini tetap terjaga dan dalam posisi aman hingga datangnya masa panen raya yang diprakirakan akan berlangsung pada bulan April.Ia mengatakan perkiraan masa panen raya tersebut muncul karena Musim Tanam I tahun 2023-2024 di sebagian besar area persawahan Cilacap berlangsung pada bulan Desember hingga Januari.Menurut dia, area persawahan yang ditanami pada bulan Desember 2023 karena aliran irigasinya bagus, sehingga tidak terkendala oleh minimnya curah hujan saat itu.“Jadi, sekitar tiga bulan lagi bisa panen, termasuk area persawahan yang ditanami padi pada bulan Januari ini,” katanya.Terkait dengan hal itu, dia mengatakan pihaknya berencana untuk melakukan optimalisasi peran tempat penggilingan padi (rice milling unit/RMU) dalam rangka menyerap gabah hasil panen petani di sekitarnya.Dengan demikian, kata dia, nantinya stok gabah ada di tingkat RMU dan dapat dimanfaatkan kembali untuk memenuhi kebutuhan warga desa setempat atau desa lainnya.“Ini juga menambah stok gabah di wilayah Kabupaten Cilacap,” jelasnya.Menurut dia, optimalisasi peran RMU tersebut juga dalam rangka mengantisipasi pembelian gabah secara besar-besaran yang dilakukan oleh pengusaha dari luar wilayah Cilacap.Ia mengakui jika selama ini sering tersiar kabar jika pengusaha besar sering kali datang ke lokasi panen beserta armadanya untuk membeli gabah secara langsung dari petani.“Kalau itu (pembelian oleh pengusaha besar, red.) terjadi, produksi padi Cilacap yang begitu besar itu ‘lari’ ke luar daerah. Oleh karena itu, kami mengantisipasinya dengan meningkatkan peran RMU,” katanya.Menurut dia, tidak masalah jika RMU nantinya bekerja sama dengan pihak luar selama stok gabah yang tersedia sudah mencukupi kebutuhan masyarakat.Selain itu, kata dia, pihaknya juga menggalakkan pertanian subsisten pada masyarakat sebagai upaya untuk mencukupi kebutuhan keluarga sendiri dengan memanfaatkan pekarangan rumah.“Dari yang kecil seperti cabai dan sayur-sayuran. Ini juga sebagai upaya pengendalian inflasi,” kata Sigit. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)