BLORA, Lingkarjateng.id – Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Blora akan meminta klarifikasi terkait mandeknya pengerjaan proyek Ketuwan Park di Desa Ketuwan, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora. Hal ini menyusul pengakuan Kepala Desa Ketuwan yang belum membayar kontraktor padahal progres pengerjaan sudah 70 persen.
“Dalam waktu dekat, kami akan klarifikasi ke Ketuwan,” ujar Kepala PMD Blora, Yayuk Windrati saat ditemui pada Kamis, 8 Juni 2023.
Yayuk menyatakan bahwa selama ini PMD sudah sering memberikan peringatan kepada semua kepala desa soal pengelolaan keuangan desa secara profesional sesuai regulasi yang ada.
“Setiap pertemuan dengan kades, rapat bersama pihak kasi kecamatan, selalu kami ingatkan soal itu,” sambungnya.
Kisruh Ketuwan Park Blora, Inspektorat Turun Gunung
Terkait isu panas Ketuwan Park, pihaknya merasa berterima kasih kepada media yang sudah menjalankan fungsinya sebagai kontrol sosial dan pengawasan bagi pemerintahan desa.
“Saya tidak anti, lho. Silakan dikritisi. Semoga menjadi pelajaran bagi desa-desa yang lainnya,” imbuhnya.
Ke depan, dirinya berharap para pemangku kepentingan di pemerintah dapat lebih memperhatikan dan meningkatkan pengelolaan anggaran desa secara profesional demi kemajuan desa. Termasuk keberadaan proyek wisata Ketuwan Park yang saat ini mandek, dia berharap pemerintah dapat memanfaatkan anggaran dengan baik sehingga hasilnya nanti juga dapat dirasakan masyarakat
“Saya analisa, jika kelak Ketuwan Park berjalan, pasti banyak membawa manfaatnya terhadap masyarakat disana,” pungkasnya.
Kades Ketuwan Blora Akui Belum Bayar Kontraktor, Dijanjikan Usai Panen
Diberitakan sebelumnya, Kades Ketuwan Muhtar mengaku belum membayar pelaksana proyek wisata Ketuwan Park karena anggarannya dialihkan untuk membeli joglo yang rencananya akan ditempatkan di objek wisata tersebut.
Muhtar juga berjanji akan mengambil konsekuensi dan siap mengganti dana yang belum dibarkan menggunakan hasil panen padi miliknya.
“Tinggal panen. Hasilnya untuk bayar pelaksana Pak Jasmin,” ujarnya pada Selasa, 6 Juni 2023.
Dia menyebut anggaran yang dialihkan untuk membeli joglo itu berasal dari pencairan bantuan kabbupaten (Bankab) senilai Rp 270 juta. Ia juga beralasan pembelian joglo itu karena mendapatkan tawaran yang lebih murah.
“Ada penawaran joglo yang murah. Joglo yang pasaran mencapai Rp 350-400 juta bisa ditawar Rp 270 juta. Ini kepentingannya untuk Ketuwan Park juga,” ungkapnya.
Pengerjaan Ketuwan Park Blora Mandek, Pelaksana Proyek Ngaku Tak Dibayar
Kendati begitu pembayaran joglo itu belum lunas. Dari harga Rp 270 juta itu masih kurang Rp 70 juta yang dibayar di anggaran tahun 2024.
“Pembayaran Joglo akan dilakukan selama dua kali, yang Rp 200 juta tahun ini, sisanya Rp 70 juta pada anggaran 2024. Dan saat ini uang yang sudah saya bayarkan sebesar Rp 177 juta kepada pemilik Joglo. Masih ada kekurangan untuk menggenapi Rp 200 juta. Nanti bisa wawancara sama pemiliknya,” paparnya.
Di sisi lain, pelaksana proyek Jasmin mengaku masih enggan bertemu dengan Kades Ketuwan meski sudah dijanjikan akan dibayar dengan uang hasil panen. Butuh kepastian jelas terkait uang tersebut karena pihaknya juga telah mengeluarkan dan sekira Rp 370 juta untuk proyek tersebut.
“Saya inginnya ada uang, kita kerja,” ujarnya.
Pekerjaan objek wisata Ketuwan Park saat ini tinggal 30 persen namun terpaksa dihentikan sejak sebelum lebaran karena tak kunjung dibayarkan.
“Tinggal 30 persen lagi rampung, tapi karena saya tidak dibayar setelah Bankab cair, ya saya berhenti,” pungkasnya. (Lingkar Network | Hanafi – Lingkarjateng.id)