KUDUS, Lingkarjateng.id – Tradisi Bulusan di Dukuh Sumber, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus akan digelar hingga H+7 Lebaran mendatang dengan puncak tradisi Syawalan yang diperkirakan akan berlangsung pada Sabtu, 29 April 2023.
Sekretaris Panitia Acara Tradisi Bulusan, Muhammad Aris, mengatakan tradisi Bulusan merupakan salah satu tradisi warga Dukuh Sumber, Desa Hadipolo, yang dilestarikan hingga sekarang.
Untuk rangkaian acaranya dimulai sejak Selasa, 25 April 2023dengan membersihkan punden dan makam leluhur desa. Lalu, pada Jumat, 28 April 2023 tahlil umum yang diikuti seluruh warga Hadipolo dan puncaknya pelaksanaan Kirab Tradisi Bulusan pada Sabtu, 29 April 2023.
2 Tahun Vakum, Tradisi Bulusan Kudus Kembali Digelar
“Terdapat berbagai kegiatan lain yang dihadirkan dalam tradisi ini seperti pagelaran hiburan wayang kulit, kirab budaya, pertunjukan puisi dan teatrikal,” ujarnya, pada Rabu, 26 April 2023.
Aris menyampaikan, Kirab Tradisi Bulusan tahun ini diikuti sembilan tim, dari RT 1 sampai RT 9 RW 5 Dukuh Sumber dengan membawa gunungan hasil bumi dan lain-lain yang dilanjutkan dengan tahlil umum.
“Setelah kirab, ada tradisi memberi makan bulus atau kura-kura yang dirawat di Punden Mbah Dudo. Konon, bulus itu peninggalan Sunan Muria yang dirawat sampai sekarang. Setelah itu istirahat, makan bersama,” paparnya.
Ia menyebut, wilayah makam Mbah Dudo (tempat bulus bermukim/red) masih sering didatangi pengunjung. Selain itu beragam lapak atau PKL juga sudah dipersiapkan untuk menyambut para pengunjung.
“Saat ini ada 11 bulus dan tiga ikan lele yang berada di sebuah kolam. Letaknya berada di samping makam Mbah Dudo. Tampak tiga bulus dengan ukuran lebih besar dari delapan bulus lainnya. Begitu juga dengan satu ikan lele yang tampak lebih besar dari dua ikan lele lainnya,” jelasnya.
Sebagai informasi untuk kolam yang ditempati sejumlah bulus atau kura-kura kecil ini diyakini berkaitan dengan Sunan Muria. Kolam yang dipagari itu berada di sebelah makam Mbah Kyai Dudo, kerabat Sunan Muria. Menurut keyakinan sebagian warga, bulus itu merupakan jelmaan manusia dan masih dirawat hingga saat ini. (Lingkar Network | Ihza Fajar – Koran Lingkar)