DEMAK, Lingkar.news – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Demak, Jawa Tengah menargetkan 95 persen anak bebas polio. Oleh karena itu, Pemkab Demak terus menggencarkan pelaksanaan Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN) Polio untuk anak usia 0-7 tahun 11 bulan 29 hari.
Hal ini merupakan sebuah upaya percepatan untuk mencegah penyakit berbahaya yang bisa menyebabkan kelumpuhan hingga kematian itu.
“Polio adalah penyakit menular yang menyebabkan kelumpuhan seumur hidup, kesulitan bernafas, hingga kematian. Target 95 persen anak bebas polio harus tercapai,” kata Bupati Demak, Eisti’anah baru-baru ini.
Sehingga, kata Bupati Eisti’anah, dua tetes vaksin polio sangat penting bagi anak-anak usia tersebut.
Dalam upaya percepatan tersebut, Bupati Eisti’anah mengajak seluruh pihak berkontribusi, mulai dari tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk memberikan pemahaman tentang bahaya penyakit polio.
Bupati Eisti’anah mengatakan bahwa, Puskesmas juga mempunyai peran yang sangat membantu dalam upaya percepatan Sub Pin Polio.
“Peran Puskesmas sangat membantu, tak hanya dalam pelaksanaan Sub Pin Polio tetapi juga dalam penanganan kasus stunting,” tuturnya.
Diketahui, Kabupaten Demak meraih peringkat 2 tingkat Provinsi Jawa Tengah dalam penanganan stunting pada tahun 2022.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Wonosalam I, dr. Munarto Ali Cabana mengatakan pelaksanaan Sub Pin Polio di wilayahnya menyasar sebanyak 5.661 anak.
“Sasaran Sub Pin Polio tahap pertama sebanyak 5.661 anak dengan capaian sebesar 99,9 persen. Untuk di tahap kedua saat ini baru mencapai 70 persen,” kata dr. Munarto Ali Cabana.
Pihaknya menjelaskan bahwa, dalam proses percepatan Sub Pin Polio di wilayahnya melibatkan sebanyak 29 orang dari Dokter hingga petugas farmasi yang telah dilaksanakan ke 11 desa, 57 Posyandu, 26 SD/MI, 18 TK dan 17 Paud.
“Kami melibatkan Dokter, perawat, bidan, petugas gizi, promoter petugas farmasi berjumlah 29 orang dan Alhamdulillah lancar,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa, Sub Pin Polio berjalan lancar dan tidak ada penolakan dari orang tua.
“Semua kegiatan berjalan baik, tidak ada penolakan dari orang tua, kemudian juga tidak ada kasus Kejadian Ikutan Pasca Imnusisasi (KIPI),” pungkasnya. (Lingkar Network | Muhammad Burhanuddin Aslam – Lingkar.news)