KUDUS, Lingkarjateng.id – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Muria Kudus telah menghadirkan inovasi untuk mempermudah akses air bersih bagi masyarakat. Salah satunya melalui teknologi District Meter Area (DMA).
Diketahui, tingkat kebocoran air atau Non Revenue Water (NRW) pada jaringan distribusi milik PDAM Tirta Muria Kabupaten Kudus ditargetkan maksimal 22 persen.
Direktur Utama PDAM Tirta Muria Kudus Winarno mengatakan, untuk menekan NRW agar layanan pelanggan tidak terganggu, pihaknya kini memanfaatkan teknologi DMA.
Kurang 10 Persen, PDAM Kudus Optimis Capai Target Pendapatan Rp 4,5 Miliar
Teknologi ini merupakan suatu sistem penurunan kehilangan air dengan cara membagi satu jaringan pasokan air menjadi zona-zona kawasan bermeter.
“DMA bertujuan untuk mendeteksi kebocoran pada suatu bagian sistem jaringan distribusi yang difokuskan menjadi satu wilayah deteksi kebocoran. Ini teknologi baru yang sudah kami jalankan tahun ini,” ujar Winarno.
Ia memaparkan, pecahnya pipa jaringan biasanya terjadi akibat faktor alam, terkena galian, besarnya tekanan, flashing atau pengurasan untuk pembersihan pipa dan pengisian jaringan baru, serta ilegal connection (sambungan liar). Berbagai hal tersebut menjadi penyumbang tingginya NRW.
“Akibat tingginya NRW, potensi pendapatan dari pelanggan setiap bulan bisa melayang dalam jumlah cukup besar. Itu belum termasuk biaya perbaikan dan perawatan,” ucapnya.
Kalau kebocoran segera terdeteksi, kata dia, maka potensi hilangnya air dapat dikurangi. Oleh karena itu, pihaknya terus berupaya untuk menekan tingkat kebocoran jaringan tersebut.
“Berbagai upaya kami lakukan agar tingkat kebocoran tidak terlalu tinggi,” tegasnya.
Kemudian, inovasi PDAM tahun ini yaitu melakukan perbaikan sumur di wilayah Kecamatan Undaan. Pihaknya menyebut, di Kecamatan Undaan ada dua sumur milik PDAM, lokasinya yakni di Desa Lambangan dan Desa Undaan Lor.
Dirinya menjelaskan, PDAM telah melakukan pemasangan evaluasi jaringan khusus di Kecamatan Undaan. Ia mengatakan, sebelumnya sistem penyaluran air di wilayah tersebut masih kacau sehingga membuat air susah keluar.
“Sumur di Lambangan yang dulu tidak bisa terpakai, Alhamdulillah sekarang bisa terpakai dengan lancar. Kualitas airnya yang sebelumnya masih payau, sekarang sudah bisa dipakai karena diberi filtrasi,” terangnya.
Meski hanya ada dua sumur, pasokan air dari PDAM saat ini bisa digunakan oleh 16 ribu SR yang ada di Kecamatan Undaan. Pasalnya, sumur tersebut mampu mengeluarkan air hingga 7 liter per detik.
Sementara, di wilayah kecamatan lain, kata Winarno, saat ini pengelolaan air bersih masih berjalan aman dan lancar.
Selanjutnya, layanan PDAM Tirta Muria Kudus saat ini juga sudah beroperasi selama 24 jam. Sehingga masyarakat saat ini tidak perlu khawatir terhadap pengelolaan air bersih di Kabupaten Kudus.
“Selain itu, pelayanan PDAM di seluruh wilayah saat ini juga sudah 24 jam. Tetapi untuk kinerja pompa hanya sekitar 20 sampai 22 jam saja menyesuaikan dengan efisiensi energi yang ada,” tuturnya.
Lebih lanjut, Winarno menyampaikan, pihaknya optimis target pendapatan tahun 2023 bisa tercapai hingga akhir Desember nanti. Perusahaan daerah milik Pemkab Kudus tersebut tahun ini ditarget pendapatan sebesar Rp 4,5 miliar.
“Kami optimis bisa mencapai target pendapatan ini, karena ada program perbaikan jaringan. Khususnya di wilayah Kecamatan Undaan,” katanya.
Tercatat, saat ini sudah ada sekira 52 ribu sambungan rumah (SR) pelanggan PDAM Tirta Muria Kudus. Sementara untuk jumlah sumur milik PDAM di Kabupaten Kudus ada sebanyak 63 sumur.
“Target kami bisa ada tambahan 3 ribu SR lagi. Diantaranya 2 ribu SR dari Kecamatan Undaan dan seribu SR dari wilayah lainnya,” imbuhnya.
Winarno menyampaikan, pihaknya juga memiliki inovasi program mencari kebocoran yang tidak terdeteksi. Program ini pun dinilai mampu meningkatkan jumlah pelanggan PDAM. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus Syarifa – Koran Lingkar)