KUDUS, Lingkarjateng.id – Penerapan kurikulum merdeka pada sistem belajar mengajar di sekolah memberikan keleluasaan guru dalam menyampaikan edukasi dan membimbing peserta didiknya. Seperti yang dilakukan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Bae Kudus yang menerapkan tiga konsep diferensiasi pembelajaran dengan metode pendampingan komunitas belajar (pekojar).
Sebagaimana kurikulum merdeka, pembelajaran berdiferensiasi menjadi ruh dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis pada kebutuhan murid SCL (Student Centered Learning) atau pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Kepala SMAN 2 Bae Kudus, Puji Rahayu, memaparkan bahwa keberagaman latar belakang serta kondisi murid menjadikan karakteristik pada murid berbeda-beda.
“Dengan berbagai perbedaan ini membuat kebutuhan murid juga berbeda-beda. Kondisi ini yang menjadi pertimbangan diperlukannya layanan pembelajaran yang berbeda agar murid mencapai kenyamanan dalam belajar dan hasil yang optimal,” ujarnya pada Kamis, 16 November 2023.
Puji menyebut terdapat tiga konsep diferensiasi pembelajaran yang diterapkan di SMAN 2 Bae. Peratama, diferensiasi konten yang terakit dengan apa yang diajarkan kepada murid. Kedua, diferensiasi proses mengacu pada bagaimana murid memahami atau memaknai informasi atau materi. Ketiga diferensiasi produk atau tagihan yang diharapkan dari murid.
“Konsep ini baru dalam kegiatan pembelajaran yang sangat berbeda dengan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang dilaksanakan berdasarkan kurikulum sebelumnya,” paparnya
Maka dari itu, lanjut Puji, sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi, maka pihaknya membentuk inovasi untuk melaksanakan PekoJar. Yakni pendampingan komunitas belajar secara intensif terhadap anggota sesuai dengan permasalahan yang menjadi fokus kegiatan.
“Pada komunitas belajar tersebut sebagai koordinator komunitas dari guru penggerak, pengajar praktik dan fasilitator yang ada di sekolah. Karena pengalaman pendidikan sebagai guru penggerak yang memiliki kewajiban untuk bergerak dan menggerakkan,” terangnya.
Puji menyebutkan bahwa saat ini terdapat tujuh kelompok Komunitas Belajar di SMAN 2 Bae. Hal ini sesuai dengan jumlah guru penggerak yang ada di sekolah.
Selain itu terdapat beberapa langkah kegiatan dalam PeKoJar di antaranya, pembentukan komunitas belajar, rakor koordinator komunitas yang diawali dengan pertemuan para koordinator komunitas yang dilaksanakan secara daring dan luring selama sebulan sekali. Kemudian pendampingan komunitas sepekan sekali dan materi kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan dan persoalan yang ada pada masing-masing komunitas.
“Lalu dalam kegiatan PekoJar terdapat materi pendampingan berdasarkan kesepakatan dengan waktu pelaksanaan sesuai kelonggaran anggota. Sedangkan yang terakhir terdapat refleksi kegiatan komunitas belajar yang dilaksanakan pada akhir bulan,” bebernya.
Kemudian, lanjut Puji, untuk mengukur ketercapaian kegiatan Pekojar maka dilakukan dengan supervisi kunjungan kelas saat KBM, wawancara dengan siswa dan guru atau testimoni dan angket sebelum dan sesudah kegiatan pendampingan. (Lingkar Network | Ihza Fajar – Koran Lingkar)