REMBANG, Lingkarjateng.id – Petani garam Desa Mojowarno, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang menggelar aksi protes, akibat debu yang ditimbulkan dari perbaikan jalan pantura mencemari lahan tambak garam, Minggu, 1 Oktober 2023.
Banyaknya debu yang timbul dari kendaraan yang melintas di area perbaikan jalan, mengakibatkan kualitas garam turun. Belum lagi kemacetan yang juga mengakibatkan distribusi garam terhambat.
Mereka melakukan aksi demo dengan membentangkan banner bertuliskan “Kami Petani Tambak Garam Dirugikan” di lokasi perbaikan jalan. Selain itu, banner tersebut juga bertuliskan 4 keluhan yang dialami petani semenjak perbaikan jalan nasional itu mulai dikerjakan.
Saat melakukan aksinya, petani membuang satu ember garam hasil panen petani yang kualitasnya turun di lokasi perbaikan jalan sebagai bentuk protes. Mereka menuntut pelaksana proyek memberikan solusi, atau ganti rugi atas dampak yang dialami petani garam.
Koordinator aksi, Hariyanto (52) mengaku sedikitnya ratusan hektar tambak garam terdampak adanya debu dari pengerjaan jalan pantura. Dampak pembangunan ini mulai dirasakan petani sejak dua pekan lalu.
“Kualitas garamnya menurun karena kena debu, tidak bisa putih, tidak bisa mengkristal dan hasilnya lembut seperti bubur. Kemudian alat transportasinya juga terkendala karena jalannya macet,” jelasnya.
Dengan kualitas hasil panen garam yang menurun, lanjut dia, petani menjadi kesulitan untuk menjual garam. Dirinya berharap ada kepedulian dari pihak pelaksana proyek agar dampak yang dihadapi para petani garam bisa diminimalisir.
“Paling tidak, ada tindakan untuk penyiraman setiap hari, dua jam sekali. Sehingga debunya tidak bertebaran ke area tambak garam. Kemudian ada kompensasi yang diberikan kepada petani yang mengalami kerugian,” pungkasnya. (Lingkar Network | R Teguh Wibowo – Lingkarjateng.id)