REMBANG, Lingkarjateng.id – Debu akibat perbaikan jalan pantura di wilayah Kecamatan Kaliori mengakibatkan kualitas produksi garam petani menurun. Garam hasil produksi petani menjadi seperti bubur dan berwarna kehitaman.
Aksi protes kepada pelaksana proyek sudah dilakukan petani garam Desa Mojowarno, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang yang terdampak debu, Minggu, 1 Oktober 2023, dengan membentangkan banner di area perbaikan jalan bertuliskan keluhan petani dan melakukan aksi buang garam hasil panen yang kualitasnya menurun.
Akibat banyaknya debu yang menyerang lahan tambak garam, petani harus menelan kerugian hingga ratusan juta. Hasil panen garam yang berwarna putih kehitaman itu harganya menjadi anjlok di pasaran.
Salah seorang petani tambak Desa Mojowarno, Raswi (54) mengatakan bahwa banyaknya debu akibat perbaikan jalan pantura berimbas pada produksi garam yang tidak bisa mengkristal atau menjadi seperti bubur. Akhirnya petani tidak bisa memanen hasil garam yang produksi.
Disebutkannya, dengan lahan tambak garam seluas 6 hektare yang dimilikinya, dalam 2 minggu bisa panen sedikitnya 24 ton garam. Namun semenjak adanya debu perbaikan jalan pantura yang dimulai sejak 2 pekan lalu, garam yang bisa dipanen turun menjadi 18 ton.
“Normalnya 1 hektar itu (panen) sekitar 4 ton, turun menjadi 3 ton. Dengan adanya dampak ini (debu) kerugiannya ya mencapai ratusan juta,” kata Raswi saat ditemui di tambak garamnya, Senin, 2 Oktober 2023.
Belum lagi, kualitas garam yang ia produksi menggunakan sistem terpal seharusnya menghasilkan garam yang putih bersih kini menjadi kehitaman. Praktis harga jual garam menjadi turun di pasaran. Harga garam yang semestinya Rp 1.300 per kilogram, kini hanya laku di bawah Rp 1.000.
“Turunnya harganya kisaran Rp 400 per kilogram. Bisa dijual tapi sulit lakunya dan harganya turun. Normalnya biasanya Rp 1.300 sekarang seribu kurang per kilogram,” jelasnya.
Di samping itu, menurut dia, kemacetan jalan pantura akibat perbaikan juga berimbas pada tersendatnya akses kendaraan pengangkut garam. Alhasil distribusi penjualan garam petani jadi terhambat. (Lingkar Network | R Teguh Wibowo – Lingkarjateng.id)