REMBANG, Lingkarjateng.id – Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Kabupaten Rembang menggelar karya projek penguatan profil pelajar pancasila (P5) di gedung Balai Kartini, Selasa, 10 Oktober 2023. Hasil karya dari masing-masing SMP baik negeri maupun swasta se-Kabupaten Rembang tersaji di 24 stand yang disediakan di acara tahunan itu. Selain itu, ada penampilan 20 pentas seni yang dimainkan siswa masing-masing SMP. Siswa dari sejumlah sekolah di sekitar lokasi acara diundang untuk meramaikan acara bertajuk “Bergerak Bersama Menuju Profil Pelajar Pancasila” tersebut. Ketua MKKS SMP Kabupaten Rembang, Ngadiyono mengungkapkan pada tahun pertama impelementasi kurikulum merdeka hasil karya P5 siswa setiap SMP hanya dipamerkan di masing-masing sekolah. Alhasil, karya siswa hanya bisa dilihat di lingkup sekolahan. “Rembang memasuki tahun ke 2 pelaksanaan kurikulum merdeka. Kami evaluasi di tahun pertama masing-masing sekolah gelar karyanya di sekolah masing-masing,” ungkapnya.
Berdasarkan hasil evaluasi tahun pertama pelaksanaan kurikulum merdeka, akhirnya MKKS membuat wadah melalui pentas karya SMP se-Kabupaten. Diharapkan melalui wadah itu bisa menjadi ajang kolaborasi antar guru dan siswa untuk memamerkan hasil karyanya.
Sekaligus menjadi media untuk sharing ilmu antar sekolah dalam mengembangkan karya P5 siswa demi memajukan sekolah di Kabupaten Rembang.
“Untuk itu di sini kami mewadahi untuk bagaimana ada kolaborasi antar sekolah. Misalkan sekolah dari satu kecamatan tampil di 2-3 stand jadi ada kolaborasi antar sekolah. Kemudian kolaborasi antar guru, misalkan SMP A dan SMP B punya konsep masing-masing kemudian dikolaborasikan jadi satu. Misal tentang lingkungan dan tentang gaya hidup berkelanjutan,” terangnya. Sementara itu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Rembang, Mardi menyampaikan gelar karya P5 juga bisa menjadi informasi bagi masyarakat bahwa dalam mengeyam pendidikan siswa juga bisa menciptakan karya seni. Hal itu sekaligus menjadi bukti bahwa pembelajaran yang didapat siswa tidak melulu tentang teori saja.
“Ini menunjukkan bahwa kita belajar itu ada hasilnya, kalau belajar hasilnya hanya pengetahuan itu belum bisa lihat. Misalnya pembelajaran yang sifatnya kognitif, anak ini bisa melakukan apa kan tidak terlihat. Tapi ketika diimplementasikan dalam bentuk karya, kemampuan anak bisa terlihat. Seperti bisa membatik dan sebagainya,” ujarnya.
Mardi berharap pentas karya P5 seperti ini ke depan tidak hanya digelar di tingkat SMP saja. Namun bisa juga digelar di SD maupun SMA, agar hasil karya P5 siswa dari masing-masing sekolah bisa dipertontonkan kepada masyarakat. (Lingkar Network | R Teguh Wibowo – Lingkarjateng.id)