PATI, Lingkarjateng.id – Pengendara jalan Sumbersari-Beketel Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah mengeluh susah bernapas akibat tebalnya debu jalanan, efek galian C. Selain itu, aktivitas tambang tersebut juga menyebabkan jalan penghubung antardesa itu rusak parah.
Warga kian kesal karena perbaikan jalan Sumbersari-Beketel tersebut selama ini hanya dilakukan dengan seadanya, yakni diuruk dengan tanah padas. Hal ini sudah kerap dikeluhkan oleh warga sekitar dan para pengguna jalan.
“Selama ini tidak ada langkah perbaikan. Paling hanya dilakukan langkah pengurukan memakai batu padas,” kata Nurkholis, salah satu warga setempat.
Ia mengatakan pengurukan tersebut dilakukan secara swadaya oleh pengusaha tambang galian C. Namun, menurutnya perbaikan tersebut tidak terlalu berefek, karena saat hujan urukan padas akan hilang. Bahkan, membuat jalan makin rusak.
Karena urukan padas tidak kokoh, di saat musim kemarau akan menimbulkan debu tebal yang beterbangan dan menyiksa mata pengendara. Selain itu juga membuat rumah dan usaha warga yang berada di sisi-sisi jalan terkepung debu jalanan.
Efek Galian C, Jalan Sumbersari-Beketel Pati Rusak Parah
Kepala Desa Sumbersari Ahmad Useri mengaku, sangat menyayangkan kerusakan jalan Sumbersari-Beketel. Apalagi, jalan tersebut selalu ramai dilewati para pengendara, karena menghubungkan Kabupaten Pati dan Blora.
“Maka saya minta perhatian pemerintah daerah atau provinsi. Syukur-syukur dari Pemerintah Pusat untuk bisa dianggarkan untuk perbaikan jalan tersebut. Sudah hampir tiga tahun belum pernah diperbaiki dan warga terus-menerus mengeluhkan kondisi jalan itu,” ujarnya, saat ditemui pada Rabu, 19 Juli 2023.
Ia mengaku, selama ini sudah sering menjelaskan kepada warga, bahwa jalan tersebut tidak bisa diperbaiki menggunakan anggaran Pemerintah Desa.
“Tidak bisa kita anggarkan dari keuangan desa karena ini merupakan jalan kabupaten. Jadi sudah bukan ranah kewenangan pihak desa,” tuturnya.
Pihaknya pun mendesak pemerintah kabupaten untuk cepat tanggap memperbaiki jalan atau membatasi aktivitas tambang yang merugikan warga. Selain soal memperbaiki jalan saja, namun masalah drainase juga harus diperhatikan. Supaya, ketika hujan air tidak menggenangi jalan.
“Selain jalan, sebenarnya banyak yang perlu diperhatikan, seperti kanan kiri jalan perlu sekali (drainase). Setiap Musrenbang kecamatan yang dibawa ke kabupaten, kami selalu usulkan terkait pembangunan jalan dan saluran air itu utamanya,” tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, Jalan Desa Sumbersari-Beketel, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, rusak parah hingga dikeluhkan warga. Keluhan bahkan diluapkan warga melalui sebuah video yang viral di media sosial.
Calon Legislatif (Caleg) dari Partai Demokrat, Supriyadi yang juga merupakan warga Kecamatan Kayen, menjelaskan bahwa kerusakan jalan Sumbersari-Beketel itu mencapai 3 kilometer. Dan itu merupakan akses utama bagi warga sekitar.
“Jalan ini merupakan akses vital. Juga merupakan jalur alternatif penghubung sampai Kabupaten Blora. Tapi kondisinya parah begitu, apalagi yang di atas sana, sangat parah kondisinya. Melihat kondisi begini, pemerintah harus peka. Anggarannya sudah digedok beberapa triliun katanya, tetapi hasilnya mana?” kritiknya pedas.
Ia pun berharap, nantinya jika sudah terpilih jadi anggota DPRD Pati, ia akan mengutamakan aspirasi warga di daerah pemilihannya, yakni dapil 5 yang meliputi: Sukolilo, Kayen, Tambakromo, dan Gabus.
“Harus ada perwakilan dari daerah sini yang bisa mengakomodir aspirasi warga. Dan sebenarnya masyarakat sudah mulai cerdas dalam memilih wakilnya. Mana yang hanya memberi janji, mana yang bisa dipercaya, dan mana yang kerja sungguh-sungguh. Saya tak mau berjanji muluk-muluk, tapi nanti mari buktikan, kalau saya terpilih, aspirasi dari warga sini akan jadi prioritas,” tegas pria yang juga menjabat Direktur Lingkar TV ini.
Lebih lanjut, Supriyadi melihat kondisi sepanjang jalan Sumbersari menuju Beketel memang banyak debu beterbangan. Sebab banyak truk bermuatan padas yang over kapasitas. Selain menyebabkan jalan rusak, juga muatannya melimpah ke jalan dan itu menyebabkan debu yang berbahaya bagi pernafasan dan penglihatan.
“Saya melihat sendiri bagaimana warga yang hilir mudik terganggu, karena jalannya sempit serta rusak, ditambah debu. Jadi harapan kami, jangan sampai aspirasi rakyat ini dikesampingkan. Perwakilan rakyat harus berpartisipasi dan harus menunjukkan kepedulian nyata,” tutupnya. (Lingkar Network | Khairul Mishbah – Koran Lingkar)