PATI, Lingkarjateng.id – Air Sungai Silugonggo yang berubah menjadi asin mengakibatkan para petani di Desa Mintobasuki, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati tak bisa mengairi sawah.
Selain menggunakan sistem tadah hujan, beberapa petani masih ada yang menggunakan aliran air Sungai Silugonggo untuk menyuplai air di sawah pada saat musim kemarau.
Namun di musim kemarau ini, para petani di Desa Mintobasuki tidak dapat mengambil air dari Sungai Silugonggo. Kondisi air yang berubah menjadi asin dapat mengakibatkan tanaman milik petani mati.
“Kering, airnya asin, tidak bisa nyedot, airnya dari sungai tapi tidak bisa diambil karena airnya asin. Kalau untuk mengairi tanaman itu mati. Tanahnya itu kering terus langsung mati,” ujar Tukini salah satu petani di Desa Mintobasuki saat ditemui di sawahnya, pada Kamis, 7 September 2023.
Menurutnya, kekeringan yang menimpa lahan persawahan sudah berlangsung selama beberapa pekan. Hal tersebut diperparah dengan kondisi air sungai yang tidak bisa untuk mengairi tanaman padi.
“Satu bulan waktu masih ada air. Kering, ya sudah ada tiga mingguan. Seminggu ini tidak bisa menyedot karena airnya asin,” keluh Tukini.
Imbas tidak adanya suplai air ke sawah, ia mengatakan jika para petani membiarkan tanaman padinya mengering sampai mati. Selain itu, sebagian petani juga ada yang berencana memotong dan menggunakannya sebagai pakan ternak.
“Rencana ya ada yang potong, tapi kalau tidak bisa dipelihara ya dipotong karena kering. Itu sudah mati, tidak dirawat,” ucapnya.
Ia menyebut, kerugian yang dialaminya mencapai Rp 2 juta lebih untuk bibit saja. Sedangkan untuk tenaga penanaman padi kerugian mencapai Rp 500 ribu lebih.
“Buang modal, satu kotak itu orang 8, kalau dua kotak 16. Kalau bibitnya Rp 240 ribu per kotak, itu kalau yang murah, ada yang Rp 300 ribu, itu yang paling jelek Rp 240 ribu. Tenaganya banyak itu, satu kotak orang 8, per orangnya itu Rp 40 ribu. Belum lagi perawatannya,” jelasnya. (cr1/ika)