PATI, Lingkarjateng.id – Jelang musim kemarau kebakaran di Kabupaten Pati dari Januari-Mei 2024 sebanyak 22 kejadian total kerugian mencapai Rp7,2 miliar.
Berdasarkan data Damkar Pati rinciannya yaitu jumlah kebakaran bulan Januari sebanyak 7 kejadian, Februari 1 kejadian, Maret 4 kejadian, April 6 kejadian, dan Mei 3 kejadian.
Disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Damkar dan Linmas Satpol PP Kabupaten Pati, Heru Kristanto, kasus kebakaran di Pati sebagain besar diakibatkan oleh konsleting listrik dan pembakaran sampah.
“Kebanyakan konsleting listrik dan pediang kalau di desa-desa itu, di kandang-kandang. Karena dibiarkan, merembet ke dapur rumah,” ujarnya pada Jumat (17/5).
Adapun penyebab kebakaran lain seperti membuang puntung rokok sembarangan, kompor meledak dan penggunaan api untuk melindungi ternak dari serangan serangga.
“Kebakaran disebabkan membuang puntung rokok sembarangan, seperti itu tadi stop kontak, listrik, kabel harus SNI, dan meninggalkan kompor sedang menyala dan pembakaran sampah yang tidak ditunggu sembarangan dan pediang itu,” jelas
Untuk mengatasi kebakaran, lanjut Wahyu, pihaknya hanya mengandalkan 5 unit mobil damkar. Pasalnya, 4 mobil damkar lainnya tidak bisa digunakan.
Terkadang, pihaknya juga meminta bantuan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Pelanggan Merah Indonesia, PT Garuda Food dan PG Trangkil dan pihak-pihak lainnya untuk memadamkan kebakaran.
“Kalau besar kita minta bantuan suplai PMI, Polairud, dan Garuda, BPBD juga,” lanjutnya.
Selain jumlah armada, kendala lain yang dialami damkar yakni jika jarak lokasi kebakaran jauh. Kemudian, tidak ada pos terdekat yang bisa menangani.
Pasalnya, saat ini hanya terdapat tiga pos damkar di Pati, di Kecamatan Juwana, Kayen dan Pati kota.
“Kendalanya memang jarak dari pos itu. Dan lalu lintas mungkin padat, masyarakat kalau kita lewat belum tentu minggir, karena jarak itu kita agak terlambat. Apalagi kalau kebakaran itu rumah kayu, cepat itu mungkin setengah jam sudah habis. SOP kita 10 menit sudah siap kita,” ungkapnya.
Wahyu menyebut, menjelang kemarau ini pihaknya telah memberikan surat kepada camat yang kemudian diteruskan ke kepala desa dan RT/RW setempat. Mengingat, musim kemarau menjadi waktu dimana banyak terjadi kebakaran.
“Semoga tahun 2024 tidak sebanyak tahun 2023. Kemarin saya juga membuat himbauan surat kepada para camat yang diteruskan ke desa-desa,” harapnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Lingkarjateng.id)