PATI, Lingkarjateng.id – Pemerintah Desa (Pemdes) Sukolilo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, menggelar puncak “Upacara Adat Meron Sukolilo” pada Selasa, 17 September 2024. Tradisi tersebut merupakan budaya asli dari Kecamatan Sukolilo yang digelar tiap tahun dalam rangka memperingati Maulid (Hari Kelahiran) Nabi Muhammad SAW.
Tradisi Meron yang digelar sejak Jumat, 13 September 2024, sendiri berisi beragam rangkaian kegiatan di antaranya khataman Al-Qur’an bil ghoib, sunat massal, manaqib, istighosah Al-Khidmah, buka luwur, pengajian dan sholawat, Meron Culture Carnival, Kirab Pendowo Limo, Ulan-Ulan Carnival, Gebyar Sultan Agung, dan acara puncak Upacara Adat Meron Sukolilo.
Penjabat (Pj.) Bupati Pati, Sujarwanto Dwiatmoko, menjelaskan bahwa dalam tradisi Meron yang telah ada sejak abad ke-17 tersebut mengandung nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan.
“Nilai-nilai Ihsan, Iman dan Islam harus mewarnai sikap toleransi, sikap gotong royong, sikap menghadapi banyak hal bisa bermusyawarah dengan hati yang dingin. Itulah yang saya harapkan dari masyarakat Sukolilo dan Pati pada umumnya sehingga kita bisa membangun bangsa ini seperti pejuang-pejuang terdahulu,” ujarnya saat menghadiri Meron pada Selasa, 17 September 2024.
Ia berharap pelaksanaan tradisi Meron dapat digelar lebih meriah untuk bisa menarik kunjungan wisatawan. Selain itu, Sujarwanto juga menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati mendukung tradisi Meron di Sukolilo sebagai destinasi pariwisata budaya.
Senada, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, Endah Sri Wahyuningati, juga berharap gelaran tradisi Meron bisa menjadi destinasi wisata budaya yang dapat menarik wisatawan lokal, nasional, maupun mancanegara. Pihaknya pun mengapresiasi jajaran panitia yang selalu melakukan inovasi dan kreasi agar tradisi Meron dapat terus digelar dan menarik perhatian ribuan penonton.
“Harapannya setiap tahun ada progres di sisi kuantiti maupun kualitas kegiatan. Sehingga hal ini, dapat turut melengkapi visi-misi Kabupaten Pati dalam rangka pengembangan wisata sebagai salah satu sektor budaya,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Tradisi Meron, Shoban Rohman, menyatakan bahwa tradisi Meron sudah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada tahun 2016. Selain itu, pada tahun 2014 tradisi Meron juga telah mendapat Hak Kekayaan Intelektual Indonesia dari Kementerian Hukum dan HAM (KemenkumHAM).
“Meron ini sudah dilaksanakan sejak Jumat (13 September 2024) sampai pada hari ini Selasa (17 September 2024) puncaknya, telah menghabiskan dana sebesar Rp 201.575.000. Maka dari itu, kami memohon khususnya Pak Pj paling tidak menyuarakan agar diadakannya support dana yang memadai baik dari Pemda Pati, Pemprov, maupun dari Pemerintah Pusat agar kegiatan ini berjalan lancar,” ujarnya.
Senada, Kepala Desa Sukolilo, Ahmad Amirudin, juga mengatakan bahwa pelaksanaan tradisi Meron membutuhkan dukungan dana dari pemerintah. Pasalnya, selama ini tradisi Meron masih mengandalkan dana swadaya masyarakat. Selain itu, ia juga berharap kepada pemerintah untuk memberikan solusi agar tradisi Meron tidak menimbulkan kemacetan di Jalan Raya Sukolilo-Purwodadi.
“Untuk pendanaan, panitia mencoba mengajukan proposal ke dinas atau instansi terkait maupun pengusaha-pengusaha. Swadaya juga. Makanya kami menginginkan ke depannya itu Kabupaten Pati khususnya bisa mensupport tradisi kebudayaan ini. Semoga bupati yang terpilih pada akhirnya bisa membesarkan Desa Sukolilo, men-support tradisi Meron,” harapnya. (Lingkar Network | Syahril Muadz/Mutia Parasti – Lingkarjateng.id)