KUDUS, Lingkarjateng.id – Wali murid SMPN 2 Dawe di Kabupaten Kudus, mengeluhkan adanya penarikan sumbangan atau infak untuk pembangunan ruang kelas. Penarikan sumbangan tersebut dilakukan pihak sekolah karena karena dana pembangunan ruang kelas dinilai masih kurang.
Salah satu wali murid yang enggan disebutkan namanya menyampaikan bahwa SMPN 2 Dawe sudah mendapat bantuan untuk melakukan pembangunan ruang kelas. Namun, karena dana tersebut masih kurang, pembangunan tersebut belum bisa diselesaikan.
Kemudian, pihak sekolah menarik sumbangan atau infak sebesar Rp 200 ribu per wali murid untuk pembangunan ruang kelas tersebut. Penarikan infak itu diumumkan saat pertemuan pengambilan rapor.
“Kalau dibilang keberatan ya keberatan, karena nanti juga ada piknik bayar lagi. Saya juga punya anak kecil masih bayi, kebutuhan banyak,” katanya.
Penarikan infak atau sumbangan tersebut disetorkan kepada masing-masing wali kelas. Katanya, infak dari wali murid nantinya akan diperuntukkan untuk membangun atap ruang kelas.
Kepala SMPN 2 Dawe, Nasripin, saat dimintai keterangan membenarkan adanya penarikan infak untuk pembangunan atap dan lantai ruang kelas di sekolah setempat. Namun, Ia menegaskan bahwa penarikan tersebut dikoordinir oleh komite sekolah.
“Sebenarnya sudah dapat bantuan dari dana aspirasi (APBD tahun 2024) Rp 160 juta untuk ruang kelas itu, tapi (anggaran) kurang untuk plafon dan lantai. Komite usul dan punya inisiatif kalau bisa dimintai sodaqoh dari masyarakat (wali murid),” katanya.
Ruang kelas yang dimaksud berada di lantai 2 yang nantinya akan dipergunakan untuk siswa kelas VII H. Sementara ini, 32 siswa di kelas tersebut menempati ruang laboratorium karena keterbatasan ruang kelas di sekolah setempat.
“Kalau jumlah siswa di kelas VII ada 256 ada delapan kelas, kelas VIII juga 256 siswa di delapan kelas, kalau kelas IX ada tujuh kelas,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Komite SMPN 2 Dawe, Kahar, juga membenarkan bahwa pihaknya berinisiatif menarik infak kepada wali murid kelas VII dan VIII yang berjumlah 512 orang untuk melengkapi kekurangan pembangunan ruang kelas.
Terkait total nominal yang dibutuhkan untuk pembangunan tersebut, Kahar enggan untuk menyebutkan. Pihaknya juga enggan membeberkan berapa nominal anggaran yang dihabiskan untuk pembangunan plafon dan lantai ruang kelas tersebut.
“Kalau dihitung-hitung bersama perwakilan wali murid, kalau dibagi rata sekitar Rp 194 ribu per orang tua, tapi sifatnya tidak mengikat, untuk plafon, lantai ruang kelas, sama pembatas tangga,” ujar Kahar.
Saat disinggung mengenai kesepakatan semua wali murid untuk ikut memberikan infak, Kahar menyebut memang awalnya dirembuk oleh perwakilan orang tua saja. Kemudian diumumkan ke dalam forum pertemuan bersama semua wali murid.
Saat ini, kondisi ruangan pun sudah memadai dengan plafon dan lantai yang sudah terpasang. Namun, proses penarikan infak masih berjalan. Hal itu lantaran belum semua wali murid menyetor dan pihaknya berinisiatif untuk menggunakan dana talangan.
“Jadi bahan-bahan (pembangunan) nge-bon dulu (talangan). Kami bisa memberikan talangan dulu, yang penting anak-anak bisa segera nyaman, tidak harus berganti-ganti kelas,” ungkapnya.
Sebagai informasi, penarikan infak atau sumbangan di SMPN 2 Dawe tidak sekali ini dilakukan. Pada tahun sebelumnya juga dilakukan hal serupa yang ditujukan untuk kelas IX guna membuat bangunan dak beton berkapasitas tiga ruang kelas. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus S. – Lingkarjateng.id)