JEPARA, Lingkarjateng.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara menggelar Pelatihan Identifikasi dan Sosialisasi Daerah Rawan Bencana kepada warga Desa Kalipucang Wetan, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara. Pelatihan tersebut bertempat di Balai Desa Kalipucang Wetan, pada Senin, 28 Agustus 2023.
Turut hadir sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut Ketua DPRD Kabupaten Jepara Haizul Ma’arif dan Sekda Jepara Edy Sujatmiko.
Ketua DPRD Kabupaten Jepara Haizul Ma’arif saat menyampaikan materi peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana mengatakan, berdasarkan indeks risiko bencana Indonesia (IRBI) tahun 2022, Jepara termasuk daerah berkategori “Kelas Risiko Sedang” dengan skor 122,27. Posisinya berada di peringkat ke-13 daerah paling rawan bencana di Indonesia. Indeks ini telah menurun dari tahun 2021 yang berada di urutan ke-10 dengan skor 135,11.
“Ini yang harus kita waspadai, terlebih kaitannya dengan banjir dan bencana alam yang lainnya yang perlu kita waspadai bersama,” katanya.
Gus Haiz menyampaikan bahwa, kegiatan ini merupakan sinergitas antara DPRD Kabupaten Jepara dan BPBD Kabupaten Jepara, dimana DPRD mempunyai fungsi pengawasan, penganggaran, dan legislasi. Tujuannya adalah untuk menanggulangi bencana di Kabupaten Jepara, khususnya di Desa Tunggulpandean.
“Jadi kita ingin memastikan pelaksanaan kegiatan dari BPBD ini bisa betul-betul tepat sasaran dan tepat waktu. Mengingat bahwa bulan Agustus ini kita berada di musim transisi, kita harus bisa memberikan edukasi kepada masyarakat supaya masyarakat tahu apa yang harus diperbuat ketika terjadi bencana di wilayahnya,” tuturnya.
Menurutnya, jembatan, jalan, dan hal yang lainnya berpotensi bisa menyebabkan kecelakaan atau menimbulkan bencana. Maka dari itu, Gus Haiz berharap hal itu mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Jepara untuk menjaga dan melindungi masyarakatnya dari segala bentuk bencana.
“Bencana itu memang macam-macam. Kita saat ini sedang menghadapi musim kemarau, bencana kekeringan harus kita antisipasi. Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa kerusakan di bumi adalah akibat ulah manusia. Ini penting sekali untuk dijadikan muhasabah bagi diri kita, apakah kita turut andil dalam merusak lingkungan,” jelasnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Jepara Edy Sujatmiko yang juga selaku Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara meminta warga di lokasi rawan bencana, untuk ikut menjaga segala sumber daya yang selama ini bermanfaat dalam pengurangan risiko dan mitigasi bencana. Mereka juga diminta menjaga kelestarian alam demi mengurangi potensi bencana alam.
“Seperti di sekitar kita ini. Siapa yang bisa mencegah banjir? Tapi kita bisa mengurangi dampaknya. Misalnya melihat tanggul yang retak, kita bisa berperan memperbaikinya. Kita juga harus menjaga kelestarian alam dengan menanam tanaman keras,” kata Edy Sujatmiko.
Di tengah musim kemarau yang rawan bencana kebakaran seperti saat ini, dia juga meminta warga mengantisipasi potensi bencana tersebut. Dengan begitu, tingkat kerawanan bencana dapat dikurangi.
Terdapat tujuh jenis ancaman bencana yang patut diwaspadai. Banjir, kebakaran hutan dan lahan, gelombang tinggi dan abrasi, serta kekeringan berada dalam risiko tinggi. Sedangkan gempa bumi, tanah longsor, dan cuaca ekstrem berada dalam risiko sedang.
“Desa Kalipucang Wetan ini termasuk daerah rawan bencana banjir dengan kelas ancaman sedang sampai tinggi. Maka dari itu, BPBD Kabupaten Jepara perlu menyiapkan kemampuan sumber daya manusia dalam pencegahan dan mitigasi bencana di desa ini,” tandasnya. (Lingkar Network | Tomi Budianto – Koran Lingkar)