JEPARA, Lingkarjateng.id – Dalam rangka menghadapi puncak musim hujan, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jepara Haizul Ma’arif meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara masifkan program mitigasi bencana, seperti memberikan pelatihan dan edukasi kepada warga di desa-desa hingga termasuk pembentukan relawan siaga bencana.
“Tahun 2024 kita menambahkan anggaran untuk kegiatan pelatihan itu. Meskipun tidak banyak, kami berharap bisa untuk memberikan pelatihan dan edukasi yang semakin merata kepada masyarakat. Terlebih saat ini sudah banyak desa-desa yang memiliki relawan siaga bencana,” ucap Gus Haiz sapaan lekatnya di Jepara, Rabu, 27 Desember 2023.
Di samping itu, kata dia, DPRD Jepara juga sudah memberikan saving anggaran termasuk pada BTT (Belanja Tidak Terduga) yang sudah dianggarkan di 2024. Di mana apabila Pemkab Jepara membutuhkan anggaran untuk kegiatan yang mendesak terhadap bencana, BTT ini bisa digunakan.
“Selain BTT kita juga masukkan anggaran di beberapa leading sektor, seperti BPBD, Dinsos, DKK, dan OPD-OPD yang lain. Yang penting kita bisa saling bersinergi untuk bisa membantu ketika bencana itu datang,” jelasnya.
Mengenai pelatihan kesiapsiagaan bencana, Gus Haiz mendorong BPBD untuk menambah sarana melalui platform video digital tentang pelatihan mitigasi bencana.
Terlebih, pihaknya mencatat saat ini baru terbentuk enam desa tangguh bencana (tagana) di Kabupaten Jepara, yaitu Desa Tempur, Batukali, Karangrandu, Gerdu, Bungu, dan Damarwulan. Dengan video pendek tersebut, menurut Gus Haiz, sebagai upaya edukasi dan semakin efektif karena jangkauannya lebih luas.
“Cukup berdurasi pendek, tapi dengan materi yang mengena. Buat 59 detik maksimal, itu sangat mengena sekali buat anak-anak milenial khususnya,” tutur Gus Haiz.
Ia menyebut sejak tahun 2022, DPRD Jepara bersama Pemkab Jepara juga sudah menaikkan kelas BPBD dari tipe B menjadi tipe A. Selain itu, berdasarkan hasil penghitungan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI), tahun 2022 Jepara masuk dalam daerah berkategori kelas risiko sedang dengan skor 122,27. Artinya kewaspadaan terhadap risiko-risiko bencana yang ada harus tetap ditingkatkan.
“Apalagi yang sering terjadi bencana saat musim hujan seperti banjir yang khususnya di wilayah Jepara bagian selatan yaitu Mayong, Welahan, Kedung, Nalumsari, yang juga seringkali menyebabkan gagal panen,” imbuhnya.
Berkaca dari kejadian tersebut, Gus Haiz berharap kelompok tani bisa mendaftar asuransi untuk lahannya masing-masing.
“Pemerintah ada asuransi untuk pertanian. Untuk lahan yang kecil Insyaallah bisa di-cover oleh pemerintah daerah tapi untuk lahan yang besar ini mungkin bisa dikoordinasikan kembali,” tegasnya. (Lingkar Network | Tomi Budianto – Lingkarjateng.id)