REMBANG, Lingkarjateng.id – Perusahaan tambang PT Kapur Rembang Indonesia (KRI) memberikan klarifikasi terkait kisruh yang pihaknya alami dengan Warga Dukuh Kembang, Desa Jurangjero, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora pada Rabu, 13 Oktober 2024 lalu.
Saat diwawancarai Lingkar, Pemilik PT KRI melalui juru bicaranya Aang menjelaskan bahwa kedatangan warga Jurangjero ke PT KRI yang terletak di Dukuh Wuni, Desa Kajar Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang disambut baik oleh pihaknya.
Awalnya, warga berjumlah 20 orang mendatangi PT KRI berniat untuk menanyakan bau tidak sedap di desanya yang dianggap berasal dari PT KRI. Pihaknya langsung berniat melakukan pengecekan kebenaran hak tersebut dengan alat yang dipunya.
Belum sempat melakukan pengecekan, warga ngotot bahwa bau tidak sedap ditimbulkan oleh PT KRI. Menurutnya, warga tidak mau melakukan pengecekan dan akhirnya berseteru dengan karyawan PT KRI.
Konflik dengan Warga Blora, PT KRI Rembang Disebut Belum Kantongi Izin Operasi
Usai berseteru, sejumlah warga kembali ke desa dan sebagian lainnya tetap berada di depan PT KRI.
“Tapi warga tidak mau. Warga langsung banting kursi. Kursi diangkat langsung di hantam, dipukulkan ke kepala bos sama pundaknya, tangan, pundak. Begitu di hantam sama kursi, anggota karyawan PT KRI melihat kejadian ini mereka mencoba untuk melindungi bosnya,” jelasnya.
Selang 30 menit, warga datang lagi ke PT KRI dengan jumlah yang banyak. Mereka langsung melakukan penyerang dan perusakan ke karyawan dan fasilitas milik PT KRI dengan membawa senjata tajam seperti parang dan pisau serta besi, kayu, balok dan pisau.
23 Warga Desa Jadi Tersangka usai Bentrok dengan Karyawan PT KRI Rembang
Pihaknya pun sempat melakukan negosiasi agar permasalahan yang ada diselesaikan secara baik-baik. Namun, warga kembali tersulut emosi hingga mengakibatkan kericuhan yang kedua.
“Bos terus berdiri takut dia mati dikeroyok. Warga langsung maju kedepan menyelamatkan. Begitu kita maju saling terjadi kontak fisik. Begitu kita berhasil menarik keluar, kita mundur. Kita berpencar ada yang sembunyi di kamar kantor ada yang tidak tahu sembunyi dimana lagi,” jelasnya.
Akibat penyerang tersebut, instalasi listrik, mobil, berbagai alat, saluran air, mesin, panel listrik milik PT KRI hancur. Jika tidak bersembunyi, ungkap Aang, karyawan PT KRI dimungkinkan dapat dikeroyok hingga meninggal dunia.
Protes Asap Pabrik, 7 Warga Jurangjero Blora Diduga Ditusuk Karyawan PT KRI
“Untung pada saat itu kita berhasil keluar dari kerumunan warga. Kalau kita tidak, bisa jadi hal-hal yang tidak kita inginkan, mungkin kematian ya. Mereka warga terus keliling cari kita, dimana kita bersembunyi,” paparnya.
A’an menyampaikan, usia keributan yang berjalan sekitar 30 menit tersebut, pihak keamanan datang.
“Lalu datang dari pihak kepolisian, dari Polsek Gunem, Koramil,” tandasnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Lingkarjateng.id)