PKK Kabupaten/Kota se-Jateng Diajak Tekan Kasus Cuci Darah pada Anak

SEMARANG, Lingkar.news – Banyaknya informasi mengenai anak-anak yang harus menjalani cuci darah akibat konsumsi makanan dan minuman yang mengandung bahan-bahan berbahaya menjadi perhatian Penggerak PKK Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah.

Pada kegiatan Amalkan dan Kukuhkan Halaman Asri, Teratur, Indah, dan Nyaman (Aku Hatinya PKK) di Monumen PKK Ungaran, Kabupaten Semarang, Selasa, 6 Agustus 2024, Dinas Ketahanan Pangan Jateng menegaskan, kondisi tersebut tidak bisa didiamkan.

Kepala Bidang (Kabid) Penganekaragaman Konsumsi Pangan Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah, Lucia Sri Winarni Susilowati menyampaikan jika upaya yang harus dilakukan mengurangi angka kasus tersebut, pihaknya mengajak kader PKK se-Jawa Tengah untuk mengubah konsep yang ada.

“Upayanya apa, ya saatnya kita ubah pola pikir tentang konsep, bukan lagi makan kenyang, tapi menjadi makan sehat,” ungkapnya di kesempatan itu.

Cintai Ginjal Anda! Gagal Ginjal di Kalangan Muda Cukup Tinggi

Tidak hanya itu, pihaknya juga menyatakan jika warga semuanya termasuk kader Penggerak PKK juga harus bisa mensosialisasikan kebiasaan untuk membaca dulu kandungan yang ada di kemasan makanan.

“Hindari makanan berpengawet, mengandung pewarna, dan makanan yang terlalu manis, perlu diingat, jangan meracuni anak-anak kita,” tegasnya.

Kembali diungkapkan Lucia, jika kadar konsumsi makanan baik itu pada anak, remaja, dan orang tua tidaklah sama.

“Bagi yang masih memiliki pola pikir bahwa kadar konsumsi makanan pada anak dan orang dewasa sama ini salah besar. Mereka masih berfikir jika makanan yang dihindari orangtuanya, misal mengandung kolesterol tinggi juga tidak diberikan pada anak, ini kurang benar,” bebernya.

Perlu diketahui, lanjutnya, jika makanan bersantan dan berminyak seperti gulai dan sebagainya, yang rata-rata dihindari oleh orangtua karena mengandung kolesterol tinggi ini, justru menjadi makanan yang dibutuhkan pada anak-anak.

“Anak itu butuh minyak, butuh santan, supaya tidak mengalami stunting, berbeda dengan orangtua. Makanya, itulah penting untuk mengetahui kebutuhan makanan pada anak dan pada orang dewasa,” jelas dia.

Ditambahkan oleh Lucia, bahwa makanan beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA), mesti diperhatikan oleh orangtua pada anak-anak mereka, agar tumbuh kembang anak tidak terhambat (stunting).

Kasus Anak Cuci Darah, Pj Gubernur Jabar Desak Kemenkes Terapkan Label Khusus pada Makanan

Sementara itu, Pejabat Ketua TP PKK Jateng, Shinta Nana Sudjana, mengungkapkan jika potensi pangan lokal di Jawa Tengah sangat bervariasi.

“Oleh karena itu, melalui gerakan Aku Hatinya PKK, kita semua mengajak kader PKK di daerah untuk mampu mengoptimalkan hal tersebut. Kita masih harus mengejar penurunan stunting, dan untuk mencapai hal itu, kegiatan  sosialisasi, pelatihan pemanfaatan pekarangan mesti terus dilakukan,” terang dia.

Setelah memperoleh sosialisasi kepada kader Penggerak PKK se Jawa Tengah ini,  Shinta berharap kadernya mampu menyebarluaskan ilmu itu hingga tingkat Dasar Wisma.

“Dengan cara itu, diharapkan gaung pemanfaatan pekarangan semakin kuat dan tidak hanya teori. Karena asing-masing daerah memiliki local wisdom-nya masing-masing,” tegasnya.

Oleh karena itu, para kader PKK ini diharapkam bisa memanfaatkan pekarangan untuk menanam sayuran plus beternak ikan lele atau menerapkan pertanian vertikultur, yakni teknik bertanam di lahan sempit.(Lingkar Network | Hesty Imaniar – Lingkar.news)