Gara-gara Ini Sendang Bidadari Digeruduk Warga Jepara di Malam Satu Suro

JEPARA, Lingkarjateng.id – Ratusan warga padati Kirab Budaya Sendang Bidadari malam satu Suro yang diselenggarakan di Desa Daren, Kecamatan Nalumsari, Kabuptaen Jepara, pada Sabtu malam, 6 Juli 2024.

Tampak sejumlah ibu-ibu mengenakan kebaya dengan lilitan jarik saat prosesi kirab berlangsung. Sementara itu, perwakilan dari pemuda dan pemudi membawa nampan berisi tumpeng dan ingkung sebagai sajian bacaan manakib.

Sebanyak enam gunungan yang terdiri dari aneka hasil bumi diarak dari Kantor Balai Desa Daren menuju ke Sendang Bidadari. Setelah selesai diarak, tak sampai lima menit enam gunungan yang diarak tersebut menjadi rebutan segenap warga yang hadir.

Ketua panitia acara kirab malam satu Suro, Hendra Adi Gumelar, menjelaskan bahwa Sendang Bidadari telah ada sejak zaman dulu dan diyakini sebagai petilasan Jaka Tarub.

“Kalau malam satu Suro, pengunjung terus berdatangan seperti ini. Tahun-tahun sebelumnya sampai 24 jam yang datang bergantian,” kata Hendra.

Sendang sendiri merupakan kolam yang airnya berasal dari sumber mata air yang berada di dalamnya. Adapun Sendang Bidadari ini berukuran tiga kali tiga meter dan tak pernah surut bahkan saat musim kemarau panjang tiba sekalipun.

“Tua, muda, bahkan anak-anak selalu menunggu momen-momen ini. Mereka sangat antusias, sebab air sendang ini dipercaya bisa bikin awet muda,” tambahnya.

Sementara itu, salah satu warga Desa Daren, Firda (29), tak mau ketinggalan momen tersebut eskipun dirinya tengah hamil lima bulan. Ia turut ikut mengantre di tepian Sendang Bidadari.

“Ikut berdoa dengan niat kalau anak saya lahir laki-laki ya ganteng, kalau perempuan ya cantik,” ungkap Firda.

Pada kesempatan yang sama, Kusno (64), warga asal Desa Pringtulis, Kecamatan Nalumsari, harus rela mengantre hingga tengah malam supaya dirinya bisa mengambil air secara khusyuk. Ia mengaku melakukannya setiap tahun.

“Saya menunggu sampai sepi, sekitar setengah satu. Memang baiknya ada di jam-jam ini. Saya biasa gunakan buat cuci muka dan dibawa pulang,” kata Kusno.

Ia menambahkan bahwa tak jarang pengunjung juga membawa pulang air sendang. Ada juga yang menggunakan air tersebut untuk dicampurkan ke dalam sumur di rumahnya.

“Kadang juga air ini digunakan untuk jamas atau wasilah pengobatan,” imbuhnya.

Kedatangan warga tak sekadar untuk berkunjung, menyaksikan kirab, dan berebut gunungan saja. Namun, kedatangan ratusan pengunjung baik dari dalam maupun luar daerah di malam satu Muharram atau malam satu Suro ini ingin ngalap barokah dari Sendang Bidadari pada waktu yang dianggap spesial. (Lingkar Network | Muhammad Aminudin – Lingkarjateng.id)