Pemkab Demak Terus Kembangkan Inovasi Menuju Kota Cerdas, Bupati: Salah satunya Pembangunan Rumah Apung 

DEMAK, Lingkar.news – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Demak terus berupaya membuat inovasi-inovasi baru menuju Smart City atau Kota cerdas sekaligus untuk kemajuan Kabupaten Demak. 

Diantaranya melalui program unggulan-unggulan yang sudah dirancang oleh Pemkab Demak, seperti pembangunan rumah apung yang juga menjadi salah satu upaya penanganan rob yang terjadi di pesisir Kabupaten Demak. 

Hal itu disampaikan oleh Bupati Demak Eisti’anah saat ditemui wartawan Lingkar usai kegiatan evaluasi Smart City tahap pertama, bertempat di Gedung Grahadika Bina Praja, Demak, baru-baru ini. 

Eisti’anah mengatakan bahwa Kabupaten Demak menjadi salah satu Kabupaten/kota di Jawa Tengah yang terpilih untuk mengimplementasikan Smart City. 

“Gerakan menuju Smart City merupakan inisiatif yang digulirkan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI untuk mendorong pengembangan Kabupaten/Kota cerdas di Indonesia,” katanya, baru-baru ini. 

Melalui gerakan ini, kata dia, pemerintah kabupaten/kota dibimbing untuk menyusun sebuah rencana pembangunan komprehensif berbasis enam dimensi kota cerdas, mulai dari smart governance, smart branding, smart economy, smart society, smart living, dan smart environment.

Namun sejak tahun 2023 pihaknya mengaku banyak mendapat saran dari Pemerintah Pusat terkait pengimplementasian Smart City. 

Eisti’anah menerangkan bahwa sejumlah inovasi yang dihadirkan organisasi perangkat daerah (OPD) dalam menuju smart city, salah satunya dengan pembangunan Rumah Apung, dimana program ini akan menjawab masalah rob di daerah pesisir. 

“Tapi rob tidak berpengaruh terhadap penilaian smart city, yang jadi penilaian adalah inovasi kami dalam merespons masalah yang ada. Makanya kami buat rumah apung,” terangnya. 

Kendati demikian, lanjut Eisti’anah, Rumah Apung sendiri belum bisa disebut sempurna. Meski banyak masyarakat yang minat, namun alokasi anggaran yang disediakan pemerintah cukup kecil. 

“Kami hanya bisa menganggarkan Rp 50 juta, padahal kebutuhan pembangunan Rp 100 juta. Kami sudah meminta OPD terkait untuk menghitung ulang,” sambungnya.

Eisti’anah juga menyampaikan untuk masa ketahanan Rumah Apung sendiri diperkirakan bisa tahan 20-50 tahun.

Hingga saat ini program rumah apung masih terus dilakukan penelitian dengan menggandeng Unika Soegijapranata Semarang. 

“Jika berhasil, rumah apung bisa bertahan 20-25 tahun,” pungkasnya. (Lingkar Network | M Burhanuddin Aslam – Lingkar.news)