PATI, Lingkarjateng.id – Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) di Kabupaten Pati untuk jenjang SD dan SMP sudah masuk tahun ke-7. GSMS tersebut menjadi langkah strategis dalam menghidupkan kesenian budaya di lingkungan sekolah.
GSMS tahun 2024 akan dilaksanakan dengan menggandeng 23 sekolah yang dibiayai dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Sedangkan untuk 10 sekolah akan dibiayai oleh anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Total yang terlibat yakni 33 sekolah terdiri dari SD dan SMP.
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Pati, Paryanto mengatakan, para seniman tersebut akan masuk sekolah dengan gerakan satu sekolah satu seniman.
Kesenian yang akan masuk ke sekolah ada beberapa genre yaitu seni lukis, seni pentas, seni kriya, seni ketoprak dan lainnya. Sejauh ini proses para senimannya masih dalam proses perekrutan.
“Macam-macam ada seni tari, ada ketoprak, yang jelas kita kemarin kalau tidak salah yang daftar itu ada lukis, ada kriya, kemudian ada seni panggung (pementasan), wayang, ketoprak, barongan ada tari kurang lebih itu,” ujar Pariyanto Jumat 24 Mei 2024.
Paryanto mengharapkan dengan adanya GSMS para peserta didik dapat teredukasi sehingga tergugah keingintahuannya.
“Juga memberikan edukasi kepada anak-anak pengenalan seni budaya daerah khususnya budaya lokal supaya tidak punah,” paparnya.
Disisi lain, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, Muntamah sangat mengapresiasi adanya GSMS. Menurutnya, kegiatan tersebut bagus untuk mengenalkan kesenian kebudayaan kepada peserta didik.
Pasalnya, di sekolah juga terdapat materi pelajaran yang berkaitan dengan kesenian. Sehingga dengan adanya GSMS tersebut menjadi satu langkah yang berkesinambungan.
“Di dalam materi pembelajaran itu kan ada mata pelajaran kesenian, mungkin bisa menjadi media ajar. Sebagai seniman menjadi media ajar,” ujarnya.
Muntamah menyebut, di era sekarang sangat perlu memperkenalkan kesenian kepada peserta didik. Karena, peserta didik merupakan agen penerus bangsa yang harus dikenalkan dengan kebudayaan seni di Indonesia. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Lingkarjateng.id)