PATI, Lingkarjateng.id – Kondisi keuangan merupakan salah satu permasalahan yang sering menimpa suatu tim sepak bola, tak terkecuali Persipa Pati. Buruknya permainan Persipa dalam mengarungi Liga 2 Nasional disinyalir karena permasalahan finansial dalam manajemennya.
Hal ini dikatakan CEO Persipa Pati Joni Kurnianto di Pati, Kamis, 4 Januari 2024. Ia mengatakan, Tim Persipa Pati saat ini cukup kesulitan untuk mencari dana sponsor untuk mengarungi ketatnya Liga 2.
Berlaga di kompetinsi bergengsi, menurut Joni harus diimbangi dengan kondisi keuangan klub yang stabil, baik untuk operasional, latihan, hingga gaji para pemain dan official.
Maka dari itu, Joni yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua I DPRD Pati berharap ada dukungan finansial dari perusahaan besar yang ada di Kabupaten Pati. Dikatakan, dalam mengarungi Liga 2 musim 2023-2024 ini beberapa perusahaan besar seperti PT Dua Kelinci dan PT Garudafood tidak memberikan sumbangsih terhadap keuangan tim berjuluk Laskar Saridin.
“Itu (Garudafood, red) tidak nyumbang, kalau Dua Kelinci sudah sumbang Rp 5 juta per bulan. Kalau Garuda malah sama sekali tidak. Aku butuh banget semua masyarakat Pati. Kalau warga Pati yang mencintai Persipa, sumbangan berapapun kita terima,” ucapnya.
Kendati dua perusahaan raksasa itu minim kontribusi untuk keuangan Persipa, Joni masih bersyukur masih ada perusahaan-perusahaan yang mau menjadi sponsorship bagi Persipa Pati.
“Sekarang yang mau bantu Persipa sekarang siapa? Tak kasihkan sahamnya. Meskipun sponsor swasta ada seperti dari Sukun, KSH, BPR, dan Monster Laut itu tidak mencukupi. Gaji pelatih, pemain, dan official saja sangat besar,” ujar politisi dari Partai Demokrat ini.
Dengan adanya suntikan dana lebih, Joni yakin akan berdampak pada permainan anak asuhnya. Sehingga, Persipa tidak terseok-seok di peringkat tujuh wilayah tiga.
Terlebih, lanjut dia, untuk menciptakan tim yang kuat juga diperlukan keuangan yang mumpuni untuk setidaknya mampu bersaing di papan atas Liga 2.
“Pemain kita bagus-bagus, apalagi pemain asing. Yang dari Tajikistan saja sudah Rp 40 juta per bulannya. Terus Yacob Youmbi yang dari Afrika Tengah itu Rp 30 juta. Kita sudah keluar banyak,” tegasnya. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Lingkarjateng.id)