PATI, Lingkarjateng.id – Pasca aksi demo dengan memblokade jalan truk tambang galian C yang berada di pegunungan Kendeng, puluhan emak-emak Desa Wegil, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, kembali menggelar blokade truk yang bermuatan hasil tambang galian C pada Senin, 21 Agustus 2023.
Aksi kedua ini dilatarbelakangi kecelakaan yang menimpa seorang pelajar dengan truk galian C yang sama-sama melintas di jalan Sukolilo-Prawoto.
Ulfa, salah satu warga setempat mengatakan, dirinya bersama dengan ibu-ibu yang lain menuntut ganti rugi atas kecelakaan yang terjadi. Karena sudah merasa geram dengan aktivitas tambang, puluhan ibu rumah tangga tanpa pikir panjang langsung menghentikan truk tambang yang melintas.
“Tadi pagi ada insiden (kecelakaan) anak SMP dengan sopir truk dump tepat di depan gapura Desa Wegil. Cukup parah korbannya, kebetulan yang menolong tadi suami saya,” ujarnya saat dikonfirmasi.
Akibatkan Jalan Rusak dan Debu Tebal, Emak-Emak Hadang Truk Galian C di Sukolilo Pati
Kendati menutup tambang di Desa Wegil sulit dilakukan, Ulfa bersama dengan yang lain ingin agar para sopir truk tambang bisa lebih berhati-hati dalam berkendara. Terlebih, keberadaan tambang ini selain mengganggu aktivitas warga juga menyebabkan kerusakan jalan.
“Kalau terus begini bagaimana nasib kita? Kita juga bayar pajak lho. Harus saling menghargai, yang sopan, jangan ugal-ugalan di jalan,” tegasnya.
Sementara itu, Kapolsek Sukolilo AKP Sahlan membenarkan jika emak-emak dari Desa Wegil kembali menggelar aksi demo buntut dari kecelakaan yang menyebabkan anak SMP terluka cukup serius.
“Benar, tadi demo karena terjadi kecelakaan. Tadi sudah dibawa ke balai desa untuk diselesaikan agar tidak menimbulkan konflik,” terangnya.
Sebelumnya, sekitar 50 ibu rumah tangga di Desa Wegil demo menutup jalan yang dilewati truk tambang galian C karena menimbulkan debu pada Senin, 7 Agustus 2023.
Kepala Desa Wegil Heri Riyanto saat dijumpai di kantornya pada Selasa, 8 Agustus 2023 mengatakan, aksi demonstrasi yang dilakukan oleh emak-emak di Desa Wegil akibat kekesalan warga karena jalan rusak digilas truk galian C.
Mereka demo menuntut penambang galian C ikut bertanggung jawab karena mengakibatkan debu beterbangan ke rumah warga. Mereka juga mendesak supaya jalan yang berdebu dilakukan penyiraman setiap harinya.
“Di sini emak-emak itu intinya demo terkait dengan keberadaan tambang, bukan demo tambangnya ya. Itu kemarin permintaan ada tiga dari emak-emak,” terangnya.
Pertama, mereka meminta pihak tambang melakukan penyiraman jalan. Sebab akibat truk tambang, jalanan Desa Wegil jadi berdebu. Kedua, warga meminta pengelola tambang mengatur jam operasional truk tambang. Warga meminta agar truk tambang tidak melintas sebelum jam 7 pagi. Ketiga, melarang truk tambang menurunkan muatan di sembarangan jalan.
“Terkait jam operasional, emak-emak mempunyai anak-anak sekolah. Mereka minta di atas jam 7, sehingga anak-anak yang sekolah tidak terganggu. Sama mintanya (muatan) jangan diturunkan sembarangan, mengganggu, jalan rusak. Minta (muatan) dikasih terpal biar menjaga keselamatan,” jelas Heri.
Sementara itu, Jarmanto yang merupakan perwakilan dari penambang di Desa Kedungwinong dan Desa Baleadi yang juga selalu melintasi jalan Desa Wegil mengaku tidak keberatan dengan tuntutan emak-emak di Desa Wegil. Pihaknya menyatakan akan berkomitmen terhadap kesepakatan hasil audiensi.
“Tidak ada keberatan. Semua sudah dilaksanakan mulai hari ini (Rabu, 9 Agustus 2023). Tadi kami juga sudah melakukan penyiraman,” jelas Jarmanto.
Akan tetapi, dengan adanya kasus siswa ditabrak truk galian C, emosi emak-emak kembali memuncak. Mereka berharap, pihak penambang meminimalisir gangguan sosial yang diakibatkan aktivitas galian C di lingkungannya. (Lingkar Network | Arif Febriyanto | Setyo Nugroho – Koran Lingkar)